Nama Simah Laut Akan Diganti, Kades : Tidak Ada Melarung Sajen

WAWANCARA : ARIFIN/BS – Kepala Disbudpar Kotim saat diwawancarai terkait agenda simah laut yang sempat diprotes pemuda masjid.

Editor : Maulana Kawit

SAMPIT – Warga Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memiliki ritual simah laut yang digelar setiap tahun.

Lantaran dianggap bertentangan dengan ajaran Islam, agenda itu tidak lagi diselenggarakan oleh dinas terkait melainkan dikembalikan kepada warga setempat.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim Fajrurrahman mengatakan, pihaknya akan tetap membantu warga desa apabila mengadakan simah laut.

“Untuk 2020 nanti, semuanya kami serahkan kepada masyarakat ujung pandaran, pihak kecamatan dan desa,” ujarnya kepada beritasampit.co.id usai menghadiri acara selamatan kampung.

Fajrur menegaskan, agenda kegiatan simah laut sudah berjalan beberapa tahun dan difasilitasi pemerintah daerah setempat. Namun, tahun ini ada salah seorang pemuda masjid di ujung pandaran protes akan digelarnya agenda tahunan karena dianggap musyrik.

BACA JUGA:   Siswa Bagikan Takjil, Kadisdik Kotim: Menanamkan Pendidikan Karakter

Simah laut, lanjutnya, merupakan kerja sama antara pemerintah daerah, kecamatan, desa dan masyarakat ujung pandaran. Salah satu tujuan agenda tersebut, menurut Fajrur, melestarikan budaya daerah.

“Yang jelas, semua itu kami kembalikan kepada kecamatan, masyarakat dan desa, apapun hasilnya apakah nama simah laut akan diganti menjadi selamatan kampung atau yang lain, kami tetap akan memberikan fasilitas, penghargaan dan mendukung sepenuhnya,” ucapnya.

BACA JUGA:   Warga Kecewa Kades Tak Hadiri Rapat Mediasi Tuntutan Plasma di Kantor Kecamatan

Sementara itu, Kepala Desa Ujung Pandaran Aswin Nur menegaskan, sejak dirinya menjabat kepala desa tahun 2018, tradisi melarung sajen ke laut sudah ditiadakan.

“Sejak saya dilantik jadi kepala desa, tidak ada lagi melarung sajen ke laut, semua itu kami ganti menjadi acara doa bersama dan selamatan kampung dengan warga desa ujung pandaran,” tegas Aswin.

Hasil pantauan beritasampit.co.id, prosesi simah laut menyiapkan sesajen untuk dilarung ke laut sudah tidak ada. Semua itu diganti dengan doa bersama. Kegiatan itu dipusatkan dihalaman dekat pasar rakyat Ujung Pandaran.

(ifin/beritasampit.co.id)