Puluhan Tahun Motoris Kelotok di Samuda Keluhkan Pendangkalan

DANGKAL : ARIFIN/BS – Sungai mentaya diwilayah Samuda terlihat dangkal sehingga menyulitkan motoris kelotok penyeberangan untuk bertambat di dermaga.

Editor: Maulana Kawit

SAMPIT – Para motoris kelotok antar Kecamatan Pulau Hanaut menuju Mentaya Hilir Selatan (MHS), Samuda sudah puluhan memendam keluhan.

Penyebabnya, setiap air sungai mentaya surut akan terjadi pendangkalan yang membuat mereka harus berjuang keras mencapai dermaga.

“Setiap air surut, kelotok mengalami kesulitan baik untuk merapat ke dermaga penyeberangan maupun akan berangkat karena pendangkalan,” ucap salah seorang motoris kelotok asal Pulau Hanaut Sopian saat dibincangi wartawan beritasampit.co.id, Minggu (15/12/2019).

Sopian menjelaskan, para motoris kelotok sudah lama menyampaikan keluhan tersebut baik ke pihak kecamatan maupun pemerintah daerah. Hingga sekarang, kata dia, hanya sebatas wacana.

“Kalau tidak salah dua tahun lalu sudah dijanjikan sungai mentaya yang mengalami pendangkalan akan dikeruk, alhamdulillah, hingga sekarang belum ada kejelasan,” kata pria yang sudah 20 tahun berprofesi sebagai motoris kelotok tujuan Samuda-Pulau Hanaut ini.

BACA JUGA:   Safari Ramadan Polres Kotim Sambangi Panti Asuhan Bahagia Sampit

Yang menjadi keluhan mendasar, menurut Sopian, kelotok kesulitan merapat ke dermaga penyeberangan terutama ketika air sungai mentaya surut.

Mesin kelotok akan “mengaung” lebih kencang agar bisa merapat dan begitu juga sebaliknya.

“Roda kelotok banyak yang patah karena harus dipaksa berputar dengan gas tinggi,” cerita pria kelahiran Bapinang ini.

Keluhan tidak hanya ada pada motoris kelotok. Disamping itu, lanjut Sopian, para penumpang juga mengalami kesulitan untuk mencapai kelotok. Sebab, harus disediakan jembatan titian sementara.

BACA JUGA:   Batamad Kotim Gelar Rapim, Bahas Sejumlah Program Kerja

“Kalau tidak hati-hati berjalan di atas jembatan titian bisa jatuh, memang selama ini belum ada yang jatuh, setidaknya harus ekstra hati-hati,” cetus Sopian.

Hingga sekarang, sambungnya, keluhan puluhan tahun para motoris kelotok antar dua kecamatan itu belum ada solusi.

Mereka hanya bisa memendam keinginan dan berharap pemerintah daerah segera mengeruk sungai yang mengalami pendangkalan.

“Kalau tidak salah, sudah 15 tahun ini sungai mentaya di Samuda mengalami pendangkalan, semoga pemerintah daerah segera mengeruk sungai supaya kami para motoris kelotok bisa bekerja dengan nyaman,” harapnya mewakili para motoris kelotok lainnya.

(ifin/beritasampit.co.id)