Batasi Anak Agar Tidak Berlebihan Konsumsi Makanan Menggunakan Bahan Pengawet

Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Palangka Raya, Shopie Ariany

PALANGKA RAYA –Produsen makanan dengan jumlah yang besar dengan waktu lama baru bisa sampai di konsumen, hampir dipastikan produk makanannya menggunakan bahan pengawet makanan yang bertujuan agar kesegaran dan kualitas makanan tetap terjaga.

Menyikapi masalah ini, Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Palangka Raya, Shopie Ariany mengimbau kepada para orangtua agar mengawasi jajajan makanan anak-anaknya agar terhindar atau tidak berlebihan mengkonsumsi makanan yang memakai bahan dasar pengawet tidak alami.

Pasalnya, mengkonsumsi bahan pengawet yang dicapur dalam makanan berbahaya dalam kurun waktu yang lama dan dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.

“Sebagian pelaku usaha (oknum) telah menggunakan bahan pengawet pada produk makanannya. Hal itu dilakukan karenakan masa kadaluarsa pada makanan akan lebih kuat dan tahan lama. Namun tidak baik, karena dapat menyebabkan masalah kesehatan,” jelasnya, Senin kemaren.

Lebih lanjut dia menjelaskan, pelaku usaha makanan menggunakan bahan pengawet karena tidak ingin usahanya mengalami kerugian akibat cepat rusak dan basi. “Jadi atas alasan itulah sebagian oknum berbuat curang dengan mencampuri produk makanananya dengan bahan pengawet,” ungkapnya.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut jenis bahan pengawet makanan yang digunakan oleh produsen makanan:

Rhodamin B

Rhodamin B adalah zat pewarna sintetis yang sering digunakan oleh pedagang nakal sebagai pengawet makanan. Selain bertujuan untuk mengawetkan makanan, Rhodamin B juga berfungsi sebagai pewarna pada makanan.

Penggunaan bahan pengawet Rhodamin B banyak terdapat pada jajanan pasar dan juga roti selai serta kue basah. Oleh karena itu, jika jajanan yang dibeli memiliki ciri warna yang mencolok, terdapat penggumpalan warna, serta memberikan rasa gatal di bagian tenggorokan, perlu dicurigai makanan tersebut menggunakan Rhodmin B.

Sodium Benzoate

Pengawet makanan Sodium Benzoate seringkali digunakan dalam proses produksi berbagai macam produk makanan dan minuman kemasan. Penggunaan bahan pengawet ini biasanya tercantum pada label kemasan sebagai daftar bahan dasar produk tersebut.

Sodium Benzoate juga dapat menciptakan zat kimia karsinogenik, atau yang dapat memicu tumbuhnya sel kanker dalam tubuh jika tercampur dengan vitamin C sintetis. Selain itu, bahan pengawet ini juga dapat meningkatkan risiko perilaku hiperaktif.

Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk menghindari makanan atau minuman olahan berbahan Sodium Benzoate, terlebih lagi yang terindikasi memiliki campuran vitamin C buatan di produk tersebut.

Sodium Nitrate

Sodium Nitrate, juga dikenal dengan nama Natrium Nitrate, banyak digunakan untuk mengawetkan jenis makanan berbahan dasar daging. Produk makanan seperti sosis, ikan asap, dendeng, dan ham seringkali menggunakan Sodium Nitrate sebagai bahan pengawet.

Berdasarkan sebuah penelitian, Sodium Nitrate yang masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah yang meningkatkan risiko menderita penyakit jantung

Konsumsi bahan pengawet ini jika berlebihan juga meningkatkan risiko penyakit diabetes. Hal ini terjadi karena cara tubuh mengatur kadar gula akan terpengaruh jika konsumsi Sodium Nitrate tidak terkontrol.

Jadi, sebisa mungkin agar konsumsi bahan pengawet ini dibatasi agar terhindar dari risiko penyakit jantung dan diabetes.

Tertyary Butylhydoquinone (TBHQ)

TBHQ seringkali digunakan untuk menjaga umur produk yang disimpan dan terhindar dari bau tidak sedap. Produk makanan seperti biskuit, minyak nabati, mie instan, dan makanan cepat saji yang dibekukan seringkali tercampuri bahan pengawet ini. Dalam proses pengawetan makanan, TBHQ biasanya dicampur dengan zat aditif lainnya, seperti, butylated hydroxyanisole (BHA), propyl gallate, dan juga butylated hydroxytoluene (BHT).

Risiko penyakit yang dapat menurunkan kualitas hati dan saraf juga akan meningkat jika mengkonsumsi TBHQ secara terus menerus. TBHQ juga meningkatkan tumbuhnya sel tumor dalam tubuh. Perilaku hiperaktif dan gangguan sistem motorik, ADHD, juga akan muncul jika konsumsi TBHQ dilakukan secara massive. Oleh karena itu, jauhi konsumsi makanan yang mengandung TBHQ sebagai bahan pengawetnya.

Silicon Dioxide

Untuk pengguna produk suplemen, ketahui jumlah kadar bahan pengawet Silicon Dioxide di dalamnya. Penggunaan Silicon Dioxide banyak terdapat pada produk suplemen agar bahan-bahan didalamnya tidak tercampur.

Meskipun menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) penggunaan Silicon Dioxide aman bagi tubuh, konsumsi bahan pengawet ini harus tetap dibatasi. Kadar Silicon Dioxide pada makanan atau suplemen adalah maksimal 2 persen dari total berat produk.

Untuk penderita alergi pada bahan kimia, sangat disarankan untuk berhati-hati untuk mengkonsumsi produk dengan bahan pengawet Silicon Dioxide. Bila memungkinkan, hentikan total konsumsi produk berbahan pengawet ini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Pilih Cara Pengawetan Alami

Meskipun mayoritas makanan dan minuman saat ini menggunakan bahan pengawet kimia, tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak produk yang menggunakan cara atau bahan alami untuk mengawetkannya.

Bahan pengawet alami seperti garam dan cuka, masih banyak digunakan oleh produsen yang peduli dengan kualitas produk yang mereka ciptakan. Cara pengawetan alami dengan cara pengeringan, pengasinan, dan pasteurisasi juga cukup efektif untuk dilakukan.

(gra/beritasampit.co.id)