Yayasan BOS: Intensitas Pelepasliaran Orangutan Tinggi, Daya Tampung Mendekati Maksimalnya

PALANGKA RAYA-CEO Yayasan BOS, Jamartin Sihite, mengatakan, pihaknya setia dengan komitmen untuk melepasliarkan orangutan sebanyak mungkin dari pusat-pusat rehabilitasi ke hutan dan mengeluarkan mereka yang saat ini dirawat di kandang ke pulau-pulau suaka atau pra-pelepasliaran.

“Ini yang membuat kami kembali melepasliarkan orangutan bahkan di bulan pertama tahun ini. Bagi kami, tidak ada istirahat. Di sisi lain, intensitas pelepasliaran yang tinggi, membuat dua situs pelepasliaran yang kami gunakan di Kalimantan Tengah semakin mendekati daya tampung maksimalnya,” kata Jamartin, saat pelepas liaran 3 orangutan, Rabu (15/1/2020).

Menurut dia, wilayah hutan di Hutan Lindung Bukit Batikap dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) tidak cukup untuk mengakomodasi semua orangutan yang masih di rehabilitasi saat ini. “Kami harus terus mencari hutan yang memenuhi syarat untuk situs pelepasliaran. Kami berharap dukungan dari pemerintah dan swasta untuk mewujudkan upaya ini,” tukasnya.

Ketiga orangutan yang akan dilepasliarkan kali ini lanjutnya, telah menjalani tahap hidup di pulau pra-pelepasliaran, sebuah habitat semi liar yang dipantau secara ketat oleh tim dari Yayasan BOS untuk menampung orangutan yang telah menyelesaikan tahap rehabilitasi di Sekolah Hutan.

“Di pulau pra-pelepasliaran, para orangutan mempraktikkan semua keterampilan yang dipelajari sebelumnya untuk bekal menyintas di alam liar. Salah satu pulau pra-pelepasliaran Yayasan BOS terletak di Gugusan Pulau Salat, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah,” jelasnya.

“Wilayah ini adalah lahan konservasi seluas 2.089 hektar hasil kemitraan antara PT. Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) Tbk dan Yayasan BOS.
Untuk mendukung kesuksesan upaya konservasi yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan,” timpalnya.

(gra/beritasampit.co.id)