SAMBAL KECAP, Program Menggali Kreatifitas Anak Pedalaman

IST/BS - Sanggar Murid Belajar dan Kecakapan Hidup.

OLEH: SAIFUL ROHMAN

PERJALANAN yang melelahkan. Untuk mendatangi Desa Jaya Makmur membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Pengunjung harus memulai perjalanan dari Palangka Raya menuju Sampit. Perjalanan Palangka Raya Sampit membutuhkan waktu sekitar enam jam menaiki mobil taksi dengan biaya sekitar seratus ribu rupiah.

Kemudian, pengunjung harus naik perahu air dengan mesin L300 yang dikenal dengan istilah klotok. Pengunjung akan melakukan perjalanan berikutnya, dari Sampit menuju Desa Jaya Makmur. Waktu yang diperlukan sekitar delapan jam, dengan biaya sekitar dua ratus sampai tiga ratus ribu. Tergantung kondisi air sungai Hantipan. Jika, perjalanan dari Sampit menuju Desa Jaya Makmur dimulai pukul Sembilan pagi, pengunjung akan sampai ke desa tersebut sekitar pukul lima sore waktu setempat.

Pukul lima sore, lantunan  ayat  Al Qur’an  mulai terdengar. Tanda bahwa tiga puluh menit lagi adzan maghrib akan berkumandang. Suasana SMP Negeri 4 Katingan Kuala, sebuah sekolah yang ada di desa Desa Jaya Makmur, Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah sudah mulai sepi.

Hanya ada dua anak perempuan yang berdiri di pintu gerbang sekolah. Keduanya sedang menunggu jemputan orang tua. Mereka berdua terlihat membawa beragam peralatan memasak, seperti blender, pisau, dan dandang (periuk besar untuk mengukus  nasi).  Tidak hanya itu, mereka juga terlihat menikmati nugget haruan, hasil karya mereka sore ini.

Kedua anak perempuan tersebut adalah peserta kegiatan sanggar murid belajar dan kecakapan hidup (SAMBEL KECAP). SAMBEL KECAP adalah sebuah program kreatif untuk menggali kreatifitas anak pedalaman yang belajar di SMP Negeri 4 Katingan Kuala. SAMBEL KECAP memiliki beberapa unit kegiatan, mulai dari kegiatan kewirausahaan, kegiatan belajar komputer, kegiatan jurnalistik, hingga kegiatan wajib mengaji.

Kegiatan sanggar murid belajar dan kecakapan hidup dilakukan di dua tempat, yaitu di komplek lingkungan SMP Negeri 4 Katingan Kuala dan di luar SMP Negeri 4 Katingan Kuala. Kegiatan  yang dilakukan di lingkungan SMPN 4 Katingan Kuala dimulai setelah kegiatan regular selesai dan berakhir tiga puluh menit sebelum adzan maghrib  berkumandang. Malam hari kegiatan masih berlanjut. Siswa SMP Negeri 4 Katingan Kuala diwajibkan berkunjung ke sejumlah taman pendidikan Al Qur’an (TPA) untuk belajar mengaji.

Sanggar murid belajar dan kecakapan hidup dirintis bersamaan dengan berdirinya SMP Negeri 4 Katingan Kuala. SMP Negeri 4 Katingan Kuala merupakan sekolah induksi dari SMP Sadar Bhakti 2. Proses induksi SMP Sadar Bhakti 2 menjadi SMP Negeri 4 Katingan Kuala berlangsung pada tahun 2014.

BACA JUGA:   Satpol PP Katingan Keluarkan Surat Edaran Terkait Penjualan Miras hingga Hiburan Malam Selama Ramadan

Program sanggar murid belajar dan kecakapan hidup berawal dari sebuah pemikiran untuk menggali kreatifitas anak pedalaman. Khususnya, anak yang belajar di SMPN 4 Katingan Kuala. Pengelola SMPN 4 Katingan Kuala beranggapan bahwa setiap anak memiliki potensi yang unik. Keunikan potensi tersebut harus tersalurkan dengan baik.

Sore itu, penulis sempat bertemu dengan Pembina kegiatan memasak kreatif, cabang program SAMBEL KECAP (Sanggar Murid Belajar dan Kecakapan hidup), yang bernama Ibu Rifa Hatijah. Beliau adalah alumnus fakultas teknologi hasil pertanian Universitas Jember Jawa Timur. Sambil menikmati hidangan berupa nugget haruan (Ikan Gabus) yang masih terasa panasnya, penulis menanyakan tentang kegiatan sore itu.

“Anak – anak peserta kegiatan memasak keatif datang ke sekolah sekitar pukul 14.30 WIB. Mereka membersihkan ikan haruan yang di dapat dari memancing di Sungai Sekunder. Kemudian, mengolah ikan haruan tersebut menjadi nugget seperti yang bapak nikmati”, ujar Rifa memulai perbincangan dengan penulis.

Rifa mengatakan bahwa siswanya banyak yang hobi memancing. Hasil memancing tersebut sebagian dibawa ke sekolah untuk belajar mengolah ikan haruan mentah menjadi nugget. Sehingga, harga jualnya semakin tinggi. Ikan haruan mentah biasanya dijual siswa SMPN 4 Katingan Kuala yang suka memancing sekitar Rp. 20.000  per kilogram. Namun, setelah mendapat sentuhan kegiatan SAMBEL KECAP mampu terjual Rp. 60.000  per kilogram.

“Kegiatan inovasi mengolah ikan haruan menjadi nugget tersebut pernah mendapat penghargaan dari Bupati Katingan tahun 2019 yang lalu,” sambung Rifa.

Selain mengolah ikan haruan menjadi nugget, kegiatan yang ia bimbing juga pernah mengolah mangga menjadi ice cream, dan cempedak menjadi roti kukus.

Kegiatan yang dibimbing Rifa Hatijah, merupakan satu diantara sekian banyak kegiatan dalam paket program SAMBEL KECAP. Kegiatan lainnya adalah kegiatan praktek belajar komputer, praktek membuat batako, paket berkebun tanaman obat – obatan, kegiatan wajib mengaji, dan paket kegiatan lainnya. Semuanya bertujuan untuk menyiapkan siswa yang unggul.

Sebagaimana yang disampaikan Mohammad Anis Romzi, Kepala SMPN 4 Katingan Kuala. Ia menyampaikan bahwa sekolah merupakan lembaga resmi tempat memproduksi sumber daya manusia. Sekolah sangat berperan melahirkan sumber daya manusia yang unggul. Mengingat, sekolah merupakan organ di lapangan yang mengetahui secara detail potensi setiap peserta didik beserta lingkungannya.

BACA JUGA:   Pemkab Katingan Laksanakan Penandatanganan NPHD Antar TNI-Polri

“Kita berharap program SAMBEL KECAP mampu menggali kreatifitas anak pedalaman. Mereka menemukan potensi dirinya. Selanjutnya, potensi tersebut diasah dan dikembangkan agar bisa menjadi bekal untuk hidup yang penuh kompetisi di masa mendatang,” ujar Anis Romzi.

“Dalam hidup ini, setiap orang harus memiliki bekal dunia dan akhirat. Maka, sering saya katakan kepada siswa saya bahwa agama dan uang harus kita miliki,” demikian tambah kepala sekolah yang sejak awal terlibat dalam pembangunan unit sekolah baru SMPN 4 Katingan Kuala itu.

Cahaya semakin gelap. Waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB. Penulis berizin untuk melanjutkan perjalanan reportase tentang SAMBEL KECAP. Penulis singgah di Masjid Awaludin Fattah Jalur 7 Kiri Desa Jaya Makmur.

Sambil duduk santai menunggu salat isya, penulis memperhatikan sebuah gedung kecil yang sekomplek dengan Masjid Awwaludin Fattah. Penulis melihat banyak anak seusia SMP belajar mengaji di tempat itu.

Usai salat isya, penulis menemui Tyas, seorang santri dari SMPN 4 Katingan Kuala yang belajar di tempat itu.

“Mengaji pukul 18.00 – 19.30 WIB merupakan kegiatan yang diwajibkan oleh SMPN 4 Katingan Kuala. Setiap anak akan dilihat keaktifan mengajinya oleh guru agama ketika jadwal pelajaran PAI berlangsung. Kami dibekali dengan kartu pegangan, sebagai bukti bahwa kami benar – benar aktif mengaji. Kami wajib mengaji di tempat – tempat yang kami pilih. Setidaknya ada dua belas tempat mengaji pilihan siswa. Saya sendiri memilih di tempat ini karena dekat dengan rumah saya. Itu ada di depan masjid,” ujar Tyas.

Beberapa penduduk, sekaligus wali murid SMPN 4 Katingan Kuala yang penulis temui merasa senang dengan kehadiran SMPN 4 Katingan Kuala. Utamanya, terselenggaranya program SAMBEL KECAP. Mereka mengatakan bahwa kreatifitas anak – anak pedalaman terasah dengan program tersebut. Mereka berharap program tersebut terus berjalan dengan inovasi – inovasi baru yang lebih baik lagi. Semuanya, demi lahirnya sumber daya manusia unggul di desa mereka. Sebuah desa pedalaman, yang berada di muara Sungai Katingan Kalimantan Tengah.

Penulis merupakan salah satu pengajar di SMPN 4 Katingan Kuala yang pernah berhasil meraih peringkat 1 lomba Guru Menulis 2019 tingkat nasional yang diadakan PB PGRI.