Warga Banjarmasin Banyak Menetap Berdagang di Mekkah, Mungkin Ini Sejarahnya

Panjianur, Penjaga Komplek Makan Sultan Suriansyah.

Bagian Ke 03
Oleh: Maman Wiharja

SUDAH terkenal sejak lama banyak warga Banjarmasin yang menetap di Arab atau Mekah,untuk berdagang. Mungkin ini sejarahnya, yang diawali oleh Pangeran Ahmad seorang Senopati Keraton pada masa pemerintahan Sultan Hidayatullah, yang pada waktu itu kedatangan Sayyid Ahmad Iderus seorang Ulama dari Mekkah.

Kedatangan Sayyid Ahmad Iderus didampingi bersama Haji Batu yang dikenal dengan nama Syekh Abdul Malik. Ia datang ke Kerajaan Banjar menyampaikan syiar-syiar Agama Islam dan berdakwah, di masjid-masjid dan surau serta mengisahkan tentang rukun Islam, seperti Rukun Haji.

“Mungkin, dengan kedatangan beliau ke Banjar juga sambil mengisahkan tentang rukun ibadah haji, nah dari situlah banyak warga Banjar yang menunaikan Ibadah Haji sambil berniaga berdagang,” ungkap Panjianur, kepada penulis.

BACA JUGA:   Kepala KSOP Kelas IV Kumai Hary Suyanto Sebut Belum Ada Lonjakan Penumpang  di Pelabuhan Panglima Utar Kumai

Adalah Gusti Muhammad Arsyad, putra dari Pangeran Muhammad Said yang makamnya satu komplek di Makam Sultan Suriansyah. Gusti Muhammad Arsyah meneruskan perjuangan kakeknya Pangeran Antasari saat melawan tentara penjajah Belanda.

Gusti Muhammad Arsyad sempat ketipu Belanda, hingga diasingkan bersama anak buahnya ke Cianjur Jawa Barat. Setelah meletus perang dunia kedua ia dipulangkan ke Banjarmasin dan wafat pada tahun 1938.

Juga terdapat makam Kiai Datu Bukasim, seorang manteri di Kerajaan Banjar beliau keturunan Kiai Karta Sura, beliau meninggal dunia pada tahun 168. Juga dimakam,bada kuburan anak Tionghoa Musliam.

BACA JUGA:   Bank Kalteng Pangkalan Bun Bersama PIP Berbagi Berkah Takjil di Bulan Ramadan

“Anak tionghoa yang masuk agama Islam,saya belum tahu namanya, karena dibuku sejarahnya tidak ada namanya,”, jawab Pujianur, saat ditanya penulis. Dan dalam catatan sejarahnya, seorang anak tionghoa (Cina) pada permulaan abad ke 18, datang berdagang ke Banjarmasin.

Dia menetap di Kuin Cerucuk dan menjadi muallaf. Saat itu dia bermain-main di sungai kemudian jatuh, karena tidak bisa berenang akhirnya terbawa hanyut air sungai sampai ke Ujung Panti.

“Dalam sejarahnya, atas mufakat tetua daerah Kuin mayat anak tionghoa muslim itu dikuburkan di komplek pemakaman Sultan Suriansyah,” kata Pujianur, sambil menunjukan kuburannya kepada penulis. (Bersambung).

Maman Wiharja: adalah Wartawan beritasampit.co.id