Tingkat Pengangguran Lebih Banyak di Kota Dari Pada di Desa, Kok Bisa?

Berita Sampit
FOTO BERSAMA : Ilham/BS - Wakil ketua DPRD Kotim, Rudianur, bersama Kabag Hukum Setda Kotim, Nino Andria Yudianto.

SAMPIT – Memperbanyak lapangan pekerjaan, merupakan upaya yang tepat untuk mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Wakil Ketua DPRD Kotim Rudianur, menilai bahwa salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran dan angka kemiskinan di Kotim, karena masih kurangnya lapangan kerja, khususnya penduduk lokal.

“Kita ingin pemerintah menekan tingkat kemiskinan dengan menyediakan lapangan pekerjaan lebih banyak lagi, kalau tingkat pengangguran berkurang, kesejahteraan masyarakat akan terjamin, dan tingkat kriminalitas pun pasti berkurang” ungkap Rudi, Kamis 14 februari 2020.

Ia juga mengajak pada masyarakat Kotim, khususnya yang tinggal di perkotaan agar tidak terpaku dan berpikir mencari pekerjaan saja, namun bagaimana lebih kreatif menciptakan serta membuka lapangan pekerjaan sendiri, selain menguntungkan diri sendiri, bisa memberikan peluang bagi masyarakat yang membutuhkan pekerjaan.

BACA JUGA:   Disdik Kotim Terima Penghargaan dari Balai Bahasa Kalteng Dalam Revitalisasi Bahasa Daerah

“Memang pola pikir masyarakat juga perlu diubah agar lebih kreatif dan jeli bagaimana menciptakan lapangan kerja mereka sendiri, apalagi pada persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kalau tidak ada motivasi untuk memperkaya diri dengan keterampilan, maka kita akan tertinggal dan tidak mampu bersaing,” katanya.

Mengurangi angka kemiskinan merupakan salah satu program yang digalakkan oleh Pemerintah Daerah, seperti menfokuskan pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sehingga siswa lulusan dari sekolah itu diharapkan memiliki keterampilan khusus di masing-masing bidang, karena mereka mendapatkan bekal yang mampu digunakan untuk mencari pekerjaan atau pun menyediakan pekerjaan untuk diri sendiri.

BACA JUGA:   Alian Masyarakat Kalteng Desak Kapolri Evaluasi Polda Kalteng

“Banyak yang berpikiran masyarakat di Pedesaan lah yang diidentikkan dengan kemiskinan, menurut pandangan saya salah, justru merekalah yang mampu mencukupi kebutuhan hidupnya dengan bekerja individu ataupun kelompok dibandingkan dengan masyarakat di Kota,” paparnya.

Masyarakat di Pedesaan juga memiliki aset berupa lahan pertanian serta perkebunan, sehingga bukan hanya mereka dapat menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri, namun juga bisa pada orang lain. Sementara yang diperkotaan dengan jumlah penduduk cukup padat memiliki lapangan pekerjaan yang sedikit.

“Masalah ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah, bagaimana membuka peluang kerja untuk masyarakat, agar keinginan pemerintah menekan tingkat pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan bisa tercapai,” tandasnya

(Cha/beritasampit.co.id)