Tiga Individu Orangutan Kembali Dilepasliarkan ke Habitat Aslinya di Kawasan TNBBBR

Dokumen salah satu Orangutan yang dilepasliar di kawasan TNBBBR pada tanggal 15 Januari 2020 lalu.

PALANGKA RAYA-Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, bekerjasama dengan mitra Yayasan BOS (Borneo Orangutan Survival Foundation), melakukan pelepasliaran 3 individu orangutan kalimantan di kawasan TNBBBR.

Ketiga individu orangutan tersebut yakni, Batola (jantan, 17 tahun), Paduran (betina, 12 tahun) dan Unyu (betina, 6 tahun) dilepasliarkan di Resort Tumbang Hiran, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Kasongan, pada tanggal 17 Februari lalu.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KKH-KLHK Republik Indonesia, Indra Eksploitasia memberikan apresiasi yang tinggi terhadap upaya pelepasliaran orangutan ini dan dia berharap dengan dilepasliarkan tiga individu orangutan hasil rehabilitasi ini ke alam dapat meningkatkan populasi orangutan di alam.

“Kita menyadari bahwa upaya konservasi tidak bisa dikerjakan sendiri-sendiri, kita perlu bergandengan tangan dengan pemerintah daerah, kementerian! lembaga lain, masyarakat setempat, pelaku bisnis, dan lembaga-Iembaga masyarakat sehingga kelestarian alam dan seisinya tetap terjaga,” harapnya.

“Saya berkesempatan turut serta ke lokasi untuk menemani tim melepasliarkan orangutan, serta meresmikan pondok monitoring orangutan Lewun Kahio,” timpalnya.

Sementara itu, Kepala Balai TNBBBR,
Agung Nugroho menjelaskan, kawasan TNBBBR yang menjadi areal pelepasliaran telah melalui beberapa kajian sehingga memenuhi syarat sebagai rumah baru bagi orangutan rehabilitas.

Seperti ketersediaan jenis-jenis tumbuhan pakan, ketinggian dari permukaan laut, tidak ada keberadaan populasi orangutan liar, daya tampung areal yang besar, serta jauh dari akses aktivitas manusia. “Hal ini untuk menjamin orangutan yang dilepasliarkan dapat berkembang dengan baik dan mampu membentuk populasi baru,” jelasnya.

CEO Yayasan BOS, Jamartin Sihite memgatakan, akhir tahun-tahun ini pihaknya terus-menerus melakukan pelepasliaran Orangutan dalam jumlah dan intensitas yang sangat tinggi. “Kini saatnya bagi kami untuk kembali berfokus mempersiapkan orangutan muda yang masih tersisa di pusat rehabilitasi,” katanya.

“Kami perlu memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari hutan yang memenuhi syarat sebagai situs pelepasliaran untuk menampung ratusan orangutan yang masih menanti pelepasliaran,” timpalnya.

Oleh karenanya, pihaknya berharap dukungan dari pemerintah dan swasta untuk mewujudkan upaya ini, karena konservasi adalah upaya bersama. “Kita tidak akan berhasil melakukan upaya konservasi tanpa kerja sama semua pihak terkait,” tukasnya.

(gra/beritasampit.co.id)

////