CANTING

Berita Sampit
Istimewa

(29 Maret 2020)

Oleh : Aris Kelana

Terlukislah langit dan bumi alaskan sketsa…

Tibalah waktunya terjemur.

sebelum lipatan- lipatan jiwa yang kering meranggas.

Guratan warna warni, sedih dan senang…Itulah keputusan langit.

Canting itu telah berisi malam cair.

Siap menorehkan cerita dalam helaian kebaya.

Kesempurnaannya adalah proses yang menajubkan.

Alaamakkkkk….!!!!

Tahukah alamat apa tentang kebaya terkoyak?

Apakah di sulam tambal menunggu rapat terjahit?

Atau selesaikan baru pikirkan?

Canting, sesaat terhenti menari.

Malam mulai lekat mengeras, perapian sendu terkipas.

Arang angus menjadi abu, gambaran ini tetaplah tergambar…

Karena terlanjur larut dalam sebuah perjalanan dan musti berkelangsungan.

Manusia…sebagai penggati canting- canting penuh kelakar ketika bumi gemuruh…

Berebut keselamatan perjuangan berselimutkan takut.

Manusia…juga sebagai media batik yang penuh warna.

Maha karya dari keagungan dan semua terjatah…

Suka tidak suka…Mau tidak mau.

(jun)beritasampit)