HASIL SURVEY : Kuliah Online, Solusi yang Membebani ?

Wendy Waldianto, S.IP, M.AP

Seluruh penjuru dunia saat ini sedang dilanda pendemi Virus Corona (Covid-19), tak terkucuali Indonesia. Tingkat penyebarannya yang terus meningkat setiap harinya membuat Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan kepada masyarakatnya untuk menjaga social distancing dan physical distancing.

Hal ini tentu membuat ruang gerak masyarakat untuk bekerja menjadi terbatasi. Tidak diperbolehkannya segala bentuk tindakan pengumpulan orang dalam jumlah banyak merupakan salah satu bentuk tindakan pencegahan penyebaran Covid-19.

Semenjak pertengahan bulan Maret lalu, pemerintah pusat menganjurkan seluruh elemen masyarakat agar bekerja dari rumah. Untuk mengganti setiap tatap mukanya pemerintah menyarankan agar diganti menggunakan media online. Ada banyak media aplikasi video conference yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk mengganti pekerjaan tatap muka seperti : rapat, proses belajar mengajar, dll.

Kuliah Online

Protokol Covid-19 melarang diadakanya pengumpulan orang dengan jumlah banyak. Hal ini berarti setiap universitas tidak diperkenankan untuk mengadakan kuliah tatap muka seperti biasa. Sebagai gantinya pihak kampus menugaskan kepada setiap dosennya agar memberikan perkuliahan secara online, baik itu tatap muka melalui aplikasi video conference maupun penyampaian materi menggunakan google classroom.

Hal seperti ini tentu menjadi perdebatan dikalangan mahasiswa, pasalnya kuliah online ini juga menimbulkan beberapa keresahan bagi mahasiswa. Bagi beberapa mahasiswa yang ‘mampu’ mungkin kuliah online adalah jalan terbaik, karena mereka tidak perlu repot-repot mandi untuk pergi kekampus, cukup diam didepan laptop/gadget sambil mendengarkan dosen menjelaskan.

Tetapi bagi mahasiswa yang kondisi ekonomi orang tuanya di bawah rata-rata kuliah online tentu akan menjadi hal yang sangat memberatkan bagi mereka. Pasalnya mereka harus menggunakan koneksi internet untuk setiap kuliah online yang diadakan.

BACA JUGA:   Berdiri Tahun 1961 dengan Modal Dasar Rp10 Juta, Bank Kalteng Sekarang Berhasil Menumbuhkan Aset Sampai Rp15,19 Triliun (Bagian 01)

Sudah Bayar UKT, Tapi Internet Bayar Sendiri ?

Hal ini menjadi semakin dilema mengingat di awal semester para mahasiswa  sudah dibebankan untuk membayar UKT (Uang Kuliah Tunggal). Biaya administrasi per semester tersebut umumnya adalah untuk membayar segala fasilitas yang digunakan mahasiswa selama berada di kampus tersebut.

Artinya membayar UKT merupakan kewajiban mahasiswa, dan mendapatkan fasilitas merupakan hak mahasiswa. Tetapi saat ini, yang terjadi adalah penyelenggaraan kuliah online tidak difasilitasi oleh pihak kampus tetapi di fasilitasi sendiri oleh masing-masing mahasiswa.

Fasilitas yang dimaksud disini adalah penggunaan koneksi internet yang sebagian besar mahasiswa masih menggunakan jaringan provider pribadi (kouta internet). Jika ada yang bilang “kan bisa pakai WIFI ?”.

Berdasarkan hasil survey hanya sebagian kecil mahasiswa yang menggunakan koneksi internet WIFI dalam mengakses kuliah online. Jika ada mahasiswa yang menggunakan wifi pun, toh wifinya juga mereka bayar sendiri, lalu apa guna UKT yang mereka bayarkan di semester ini jika mereka tidak mendapatkan fasilitas dari pihak kampus.

Hasil Survey “Kuliah Online, Solusi yang Membebani ?”

Beberapa hari yang lalu, penulis mengadakan survey untuk mengetahui persepsi mahasiswa mengenai keefektifitasan kuliah online yang sudah berjalan dalam sebulan terakhir ini. Survey dilakukan secara online dengan menggunakan website Survey Monkey.

Survey online dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 100 Mahasiswa Universitas Palangka Raya yang diambil secara acak. Terdapat 8 pertanyaan didalam survey online tersebut yang ditanyakan kepada 100 responden mahasiswa yang dipilih secara acak.

BACA JUGA:   Bukan Hanya Ada  di Cirebon, Musik Obrog-Obrog Pembangun Sahur Ternyata Juga Ada di Kota Kumai, Kotawaringin Barat

Berikut ini merupakan hasil survey online terkait persepsi mahasiswa terhadap Kuliah Online di Universitas Palangka Raya :

Hasil Survey

Kuliah Online itu memudahkan atau membenani? Jawabanya : Tidak Terbebani : 25 Persen, Menjawab Terbebani :75 Persen.

Apakah Kuliah Online Efektif?

Sangat Efektif, 3 Persen, Efekttif, 27 Persen, Tidak Efektif 63 Persen, dan sangat tidak efektif 7 Persen.

Hasil Survey

Jenis Media Online yang disukai? Jawabanya : Google Clasroom 53 Persen, Whatsapp, 7 Persen, Zoom cloud Meeting 37 Persen, Team Viewer 3 Persen.

Jenis Jaringan yang anda gunakan dalam mengakses kuliah online? Jawabanya : Wifi 17 Persen, Jaringan Pribadi 83 Persen.

Hasil Survey

Berapa Kouta Interner yang anda habiskan dalam seminggu untuk akses kuliah online? Jawabnya  1-2 GB 27 Persen, 3-5 GB 47 Persen, 6-9 GB 13 Persen, > 10 GB, 13 Persen.

Apakah Anda merasa dirugikan atas adanya perkuliahan online? Jawabany : Sangat dirugikan 20 Persen, Dirugikan 63 Persen, Tidak dirugikan 15 Persen, Sangat tidak dirugikan 2 Persen.

Hasil Survey

Jenis Kegian yang anda rasakan ? Jawabanya, Kurang Memahami Materi 30 Persen, Sudah bayar UKT Tapi.., 27 Persen,  Suara Dosen tidak jelas, 13 Persen, Dosen Jarang memberi…, 17 Persen, Lainnya 13 Persen.

Hal yang anda inginkan dari pihak kampus?

Memberikan Kompensasi? Jawabanya,49 Persen, Mengembalikan sebagian UKT 38 Persen, lainnya 13 Persen.

Tentang Penulis :

Wendy Waldianto, S.IP, M.AP, Dosen FISIP Universitas Palangka Raya yang berdomisili di Jalan Desa Eka Bahurui Jalur 1, Sampit