Ikan dan Kehidupan

Oleh : Moh. Anis Romzi

Di sebuah desa di tepi hutan belantara Kalimantan. Hiduplah warga pemukiman transmigrasi. Mereka hidup tenang dengan mengandalkan kehidupan dari pertanian. Jauh dari hiruk pikuk keramaian. Jangankan mobil, jalannya pun belum ada. Semua warganya mengandalkan transportasi air untuk bepergian dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Jaya Makmur desa itu dinamakan. Warganya berasal dari berbagai etnis di Indonesia. Mereka meniatkan diri untuk memperbaiki kehidupan di tanah yang baru. Mereka tinggalkan keluarga di tanah kelahiran untuk mengadu nasib di lokasi transmigrasi. Hadiah dari pemerintah orde baru tahun 80 an. Dan inilah Bhinneka yang sesungguhnya.

Suka duka telah dilalui dalam perjalanan hidup hampir empat puluh tahun. Mulai dari kerasnya perjuangan bercocok tanam. Dari padang hutan dengan tunggul-tunggul menantang. Tanah rawa-rawa dengan binatang buas siap menerkam. Lobang-lobang tanah gambut siap membenam. Tak menyurutkan semangat juang untuk kehidupan yang lebih baik. Asa timbul tenggelam, akankah kehidupan yang didambakan itu datang? Semangat harus terus dikobarkan menyala dalam dada. Jika surut maka harapan-harapan yang didamba akan sirna. Angan-angan panjang kehidupan tak akan terwujud tanpa kerja nyata.

Adalah anak-anak tran, sebutan untuk anak warga desa itu disebut. Anak-anak yang hidup mengandalkan kearifan alam. Ketergantungan pada alam memaksa mereka harus belajar keras bersahabat padanya. Alam desa di tepi belantara, begitu kaya menyediakan sumber daya. Namun manusia mesti dapat bersahabat dengannya, apabila tidak ingin mendapatkan jawaban yang tidak mengenakkan. Sementara para orang tua mereka mengelola tanah pertanian. Anak-anak tran banyak yang suka pada ikan. Ikan adalah keseharian bagi mereka yang alam sediakan melimpah. Tiada hari tanpa ikan. Namun terkadang keserakahan sebagian orang, ikan-ikan cepat berkurang. Ini karena mereka ingin mendapatkan hasil banyak dalam waktu singkat. Racun menjadi jawaban. Satu musuh alam dan bumi tempat bersemayam para ikan.

Indra, seorang anak tran berceloteh tentang alam dan ikan. Siswa SMP berbadan besar, dengan sedikit kecacatan pada dua kakinya. Hampir setiap hari ia bergelut dengan mata pancing dan ikan di Jaya Makmur. Ia bukan anak yang pintar secara akademik. Nilai rapornya hampir selalu 10 besar dari belakang apabila di system ranking. Namun, kemampuan untuk mengenal ikan dan habitatnya patut diperhitungkan untuk anak-anak seusianya. Mata pancing dan umpan baginya adalah sumber kehidupan untuk dirinya dan membantu keluarganya bertahan hidup menunggu musim panen tiba. Berbagai macam umpan ikan sudah ia hafal kapan mencarinya. Pun jenis ikan dan jenis umpan yang harus ia sediakan agar mendapatkan jenis ikan yang diinginkan.

Ikan hari ini bagi masyarakat tran adalah berkah alam yang disediakan gratis. Masyarakat tran dapat memperoleh tanpa harus mengeluarkan uang. Alam begitu ramah untuk kami masyarakat tran. Hanya dengan bermodal pancing lauk pauk bergizi dapat dengan mudah didapatkan. Aneka jenis ikan liar bertebaran. Ada ikan kutuk, betik, kapar, lais, belut dan lainnya. Tersedia pada setiap musim, dan melimpah pada musim kemarau. Ini karena berkurangnya debit air hujan. Hal ini membuat ikan-ikan bersembunyi pada lobang-lobang tanah air sisa musim. Inilah berkah bagi pencari ikan masyarakat tran. Dengan modal tangan telanjang pun jadi .

“ Pada suatu malam  saya mencari umpan. Saya berniat memancing kutuk.  Karena pada malam hari kutuk banyak keluar. Saya mencari umpannya di pagi hari. Dipagi sebelumnya saya mencari bambu panjang untuk paresan.  Saya mencari bambu di rumah kakek saya. Kemudian saya membeli pancing di rumah pak Singki. Toko paling besar di Jaya Makmur. Saya bergegas pulang ke rumah. Saya pun pergi ke sungai. Setelah saya tiba di sungai Rei 6 ujung, ternyata banyak sekali orang yang sudah duluan datang. Ada yang memancing, menjala, dan menjaring.

Pada saat itu niat saya memancing hanya 2. Tujuan saya memancing adalah mendapatkan dua jenis ikan. Yang pertama adalah ikan Betek.  Dan ikan gabus. Tujuan pertama adalah ikan gabus. Setelah agak lama memancing saya bertemu dengan Andi, kawan sekelasku. Dia juga punya niat yang sama yakni memancing ikan gabus. Pada saat memancing ada seorang teman saya yang mendapat nyambek. Dalam bahasa Indonesia biawak. Bahkan ia sering disebut orang nyambek alas.  Teman mancing saya itu namanya pak Munaji. Itu karena hampir tiap hari ia memancing mendapatkan 3 sampai dengan 4 kilogram ikan.

Tidak lama kemudian kawan saya yang lain datang dari arah yang lain. Danang  namanya. Ia adalah adik kelas saya di SMP. Ia berniat memancing ikan gabus juga.

Kata pak Munaji,” nang oleh iwak opo, opo kuat nggowone?( Nang, dapat ikan apa? Apakah kuat kamu membawanya?.  Danang dapat ikan banyak sekali. Kira- kira 2 kilo. Dia sudah dapat ikan dari sungai Rei 9 dan 6 katanya.  Ternyata dia sudah berangkat duluan. Sudah dapat banyak, masih kurang saja.

“ Aku dapat banyak, lha aku dari pulang sekolah tadi langsung berangkat. Kamu tadi ku tunggu lho, tapi tidak datang-datang. Jadinya aku berangkat sendirian.” Cerocos Danang menjelaskan riwayat mancingnya hari itu.

“ Aku membantu ibu menjemur gabah dulu, harinya kan mendung, ya jadinya ibu menyuruhku menutup gabah dengan terpal.” Jawabku sambil dongkol karena ditinggal.

Setelah beberapa saat saya melempar mata pancing. Tak lama kemudian, umpan saya dimakan ikan yang cukup besar. Kira-kira ukurannya kurang lebih 1 kg.  Tiba-tiba datang Mas Nur di belakang saya sambil bertanya,” Banyak dapat ikan kamu ndra?”

“ Lumayan”, jawabku. Tidak lama kemudian Danang, yang di sebelah saya dapat ikan besar.

“ Horee”, teriaknya. “ Aku oleh maneh ( aku dapat lagi)”. Setelah lama menunggu, ternyata hari sudah semakin sore. Saat itu aku dan Danang  sedang puasa. Ketika berjalan kami melewati sebuah gubuk. Saya melongok ke dalam, ternyata ada minuman di dalamnya. Kami bertiga bertanya-tanya punya siapa ini? “ motel ae yo wis , sikat!” kata Andi. Kami bertiga tidak kuat menahan hawa nafsu. Akhirnya Andi dan Danang meminumya. Hanya saya yang tidak meminumnya. Setelah itu kami bertiga pulang ke rumah masing-masing.

Keesokan harinya kami memancing ikan betik. Kami mencari umpan kroto yaitu telur semut rang-rang. Kami memancing di sungai rei 6 ujung. Pada saat kami baru sampai di tempat itu, kami  bertiga berteduh di sebuah gubuk persawahan. Kami bertiga mendapat ikan yang agak banyak. Karena lapar menyerang, kami bertiga membakar ikan. Hanya ikan saja yang jadi santapannya. Setelah perut terasa kenyang, kemudian kami memancing kembali.. Pada saat  memancing itu kami melihat Bibit, kakak kelas kami. Dia sedang menjala ikan. Ternyata memancing dan menjala itu sangat berbeda. Saya melihat dia mendapat ikan yang banyak sekali. Sedangkan kami ketika memancing hanya mendapat satu sekali angkat. Dengan menebar jalanya, sekali angkat saja lima hingga puluhan ekor didapat, mantap. Rasanya ingin sekali aku ikut menjala.

Esoknya Andi dan saya mencoba menjala. Beserta dengan Danang kami bertiga berangkat menjala di sungai Rei 9.  Oh ternyata kami juga bisa mendapat ikan yang banyak. Karena terlalu asik menjala sampai kami lupa waktu. Ikan tangkapan dari hasil menjala kami bagi tiga. Sesampai di rumah ibu sudah selesai memasak nasi. Tak kusia-siakan waktu, segera aku menyiangi ikan yang aku dapat dari menjala tadi. Ku pilih ikan yang paling ku sukai yaitu betik. Cukup dengan sambal nasi yang dimasak ibu ku lahap cepat dengan lauk yang ku dapat. Bahagia sekali rasanya tinggal di desa yang banyak ikan. Hanya bermodal pancing dan jala kami dapat makan nikmat.

Lain halnya dengan Danang. Siswa kelas 7. Setiap pulang sekolah sambil ke sawah membantu bapaknya tak pernah lupa membawa mata pancingnya. Untuk anak desa seperti mereka joran pancing cukup dari bambu yang didapat dari belakang rumah. Jangan pernah mengira kalau pancing mereka berharga mahal. Seperti acara di TV nasional yang ramai memancing, Para pelancong justru turun ke hutan-hutan dan desa hanya mencari sensasi memancing. Kami tiap hari menikmati kebahagian memancing dengan ekonomis. Bagi kami anak-anak desa memancing adalah kehidupan, bukan sekadar kegemaran atau hobby. Dari memancing lauk-pauk ikan kami tidak pernah membeli, bahkan bisa menjual.

“Sering ikan yang saya dijadikan ikan asin karena kebanyakan”. Jelas Danang.

Ciri-ciri tempat yang banyak ikannya di desa kami untuk dipancing. Banyak tempat memancing di desa kami. Orang-orang jaman sekarang menyebutnya dengan spot memancing. Tetapi tidak semua orang bisa mengenali tempat-tempat memancing di desa kami. Beberapa jenis ikan mempunyai habitatnya masing-masing.

“ Sekarang  ini yang banyak ikannya di primer ( saluran irigasi utama )” kata Danang menjelaskan.

“ Besok kita ke sana ya? Aku ingin mencari ikan gabus. Bapak dan ibu di rumah suka kalau saya dapat ikan gabus.” Ajakku pada kawan-kawan di kelas pada jam terakhir.

“ Tempatnya jauh ndra, kalau kita tidak langsung berangkat habis sekolah, pasti keduluan sama orang-orang”, bantah Andi.

” Baik di parit rei 6, ikannya juga banyak”, ia menambahkan.

Di parit primer banyak ikannya karena, kelihatannya banyak orang yang memancing di sana. Tempat-tempat ikan besar  tempatnya rimbun dengan tanaman putri malu. Sering pancing yang saya bawa nyangkut di tanaman itu. Jengkel rasanya ketika pancing saya nyangkut. Saat pancing nyangkut biasanya saya tarik-tarik dengan ranting pohon. Selain tempat yang rimbun dengan putri malu. Ikan besar biasanya juga bersembunyi di sela-sela kubangan air dengan ketika air surut. Itu sering terjadi saat musim kemarau melanda.

Jenis-jenis ikan yang bisa dipancing dan tidak. Ada beberapa ikan bisa dipancing antara lain; ikan haruan, betik, kapar, kakap, keting. Jenis pancing yang digunakan yang digunakan untuk ikan ini  haruan adalah jenis pancing besar. Biasanya ukuran pancing no;5. Untuk ikan betik pancing yang digunakan adalah pancing no 01. Untuk jenis ikan kapar juga menggunakan pancing no 1. Sedangkan ikan yang tidak bisa dipancing sepat, cucut.  Mereka tidak bisa dipancing karena mulutnya kecil. Cara menangkap  ikan jenis ini adalah dengan jaring. Sedangkan belut bisa ditangkap hanya dengan menggunakan tali senar saja. Caranya tali senar tersebut harus dipelintir setelah dimasukkan di lobang pancing. Ada jenis ikan yang bila dipancing harus dikembalikan lagi, karena dipercaya mengandung racun yaitu ikan buntal.  Kami percaya bahwa ikan ini mengandung racun. Walaupun belum pernah ada kasus yang terjadi desa kami. Pokoknya apa yang dikatakan orang tua kami nurut aja. “ Pak Singki, beli pancing betik!.” Suatu hari saya ke toko di pinggir jalan besar.

Pada musim-musim apa saja ikan banyak didapat.  Mulai pada bulan Juli biasanya jumlah air mulai menyusut. Pada bulan-bulan mulai belan Mei ketika mulai masuk musim kemarau ikan lebih mudah didapat.  Sebenarnya pada musim apa saja ikan-ikan di desa kami selalu ada. Pada dua musim itu ikan selalu ada. Beberapa orang di desa Jaya Makmur ada yang mendapatkan ikan dengan cara menyeterum, menebarkan jarring, banjur dan lain-lain. Khusus pada musim kemarau mendapatkan ikan lebih mudah. Ini karena sarana irigasi sawah banyak yang kering. Banyak warga desa Jaya Makmur yang menangkap ikan dengan cara nggogo.  Yakni menangkap ikan dengan tangan telanjang.

Alat tangkap ikan selain pancing. Ada beberapa alat tangkap ikan selaian pancing yang digunakan. Di antaranya adalah ; jala, jaring, tempirai, jegog atau banjur. Yang pertama adalah  jala. Jika pancing hanya mendapatkan 1 ikan sekali angkatan, sedangkan dengan jala bisa mendapatkan sepuluh lebih satu kali angkatan. Yang kedua adalah tempirai. Ini adalah alat tangkap buatan masyarakat setempat/local. Cara menggunakannya adalah dengan meletakkan di daerah aliran air. Ikan akan terperangkap dalam tempirai. Jikaberuntung ikan akan banyak masuk. yang ketiga adalah jarring. Jarring hampir sama dengan jala tetapi perbedaannya jala dilempar membentuk huruf O. Yang  keempat adalah jegog/banjur. Alat tangkap ikan ini terdiri  dari pancing, senar dan batang rumput prumpung.

Setiap jenis ikan beda umpan yang digunakan. Menangkap ikan juga perlu memperhatikan jenis umpan berdasarkan kebiasan ikan. Ikan gabus/haruan adalah ikan predator. Ia memangsa segala. Ia memakan semua jenis binatang seperti katak, belalang, kroto, dan cacing. Ikan betik hampir sama seperti ikan gabus. Ikan betik makan apa saja. Ikan lais memakan pellet, cacing, keroto, dan telur tawon. Ikan ini hanya ditemukan di sungai yang bersih.

“ Ndra ayo kita memancing ikan betik!. Nanti pulang sekolah aku ke rumahmu ya? Kita berangkat bareng.” Ajak Andi Saputra kawan sekelasku..

“ Kamu sudah punya umpan?” tanyaku. “ belum, nanti kita cari bersama-sama sebelum berangkat, bagaimana?” Andi mencoba membujuk.

“ Di mana yang masih banyak umpan untuk mancing? Kemarin kita kan sudah sisir parit rei 6 mencari kodok.” Tanyaku untuk memastikan kalau masih ada tempat untuk mencari umpan. Memang menjadi kebiasaan kami sebelum pergi memancing, kami selalu mencari umpan yang sesuai dengan jenis ikan yang hendak dipancing. Jika di kota mungkin saja umpan besi dibeli di mana saja. Namun, di desa kami jika hendak memancing umpan mesti mencari sendiri. Inilah yang menarik dan menyenangkan bagi kami. Berangkat bersama, mencari umpan bersama, memancing bersama. Walaupun terkadang hasil yang kami bawa pulang tidak sama. Setidaknya dari hasil mancing kami dapat mencukupi kebutuhan keluarga akan lauk-pauk. Dan dapat menambah pendapatan keluarga.

Siapa saja yang membeli dan mengkonsumsi ikan hasil pancingan kami? Hampir semua warga desa Jaya Makmur mengkonumsi ikan. Termasuk saya dan keluarga saya. Setelah selesai memancing ibu langsung menyiangi dan memasaknya. Ini menjadi lauk pauk gratis apabila kami tidak bisa membeli lauk olahan.  Jika ada sisa ibu menjualnya dengan cara mengedarkan keliling kampong. Tak jarang ada yang langsung datang ke rumah menunggu saya pulang memancing. Hari itu saya pulang membawa beberapa ikan. “ dapat ikan berapa ndra?” Tanya ibu. “ sedikit mak, paling cukup untuk makan kita saja hari ini. Tidak tahu kenapa hari ini cuman dapat sedikit.” Jawabku pendek. Memang hari itu sebelum berangkat memancing waktu pulang sekolah, saya bersemangat sekali, karena saya yakin akan mendapat ikan yang banyak. “ tidak apa-apa le, besok nyari lagi. Siapa tahu besok dapat banya.” Ibu menyemangatiku untuk tidak berputus asa.

Apakah memancing dapat dijadikan pekerjaan setelah lulus SMP? Sejatinya kami memancing untuk mengisi waktu luang. Karena tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Sebenarnya jika hendak dijadikan pekerjaan memancing bisa saja. Karena tidak jarang banyak yang datang menunggu hasil pancingan saya. Peluang yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak seusia kami yang ingin membantu meringankan beban orang tua. Saat ini ikan-ikan masih banyak di desa kami.

Jika dapat banyak ikan dan melimpah biasanya dijadikan untuk ikan asin kering. Berikut ini cara-cara membuat ikan asin. Pertama-tama ikan dibelah tengah sampai ke ujung. Kemudian cuci sampai bersih. Kemudian taburi ikan yang telah dicuci tersebut dengan garam. Kemudian letakkan ikan di atas tampah atau seng. Selanjutnya jemur ikan tersebut di bawah sinar matahari sampai kering. Untuk mengeringkan ikan membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari. Setelah ikan kering angkat ikan dari wadah penjemuran.

Ikan asin kering tersebut kami jual kiloan. Biasanya ikan betik kering dijual dengan harga Rp. 15.000,- dan ikan gabus kering biasanya kami jual dengan Rp. 20.000,-. Kami menjual ikan kering tersebut dengan cara menitipkan di warung atau took-toko kelontong di desa Jaya makmur. Kalau sudah masuk warung dan toko harganya bertambah Rp. 5.000,-. Dalam rata-rata tiga hari sampai dengan empat hari ikan kering tersebut sudah habis. Apalagi pada saat-saat musim panen padi, banyak warga Jaya Makmur yang memerlukan asin untuk lauk pauk. Selain itu mereka memerlukan lebih banyak karena perlu menjamu para pekerja panen.

Kegiatan-kegiatan yang merusak habitat ikan di desa Jaya Makmur dan Makmur Utama. Sering saya melihat warga desa menangkap ikan dengan menggunakan setrum. Ini dapat membahayakan ekosistem ikan. Karena ikan besar dan ikan kecil habis sekaligus. Sebagian masyarakat masih belum sadar tentang kelestarian alam. Selain menyeterum kegiatan lain yang merusak habitat ikan adalah dengan meracun. Beberapa warga menggunakan pestisida akodan  untuk meracun ikan. Dampak yang ditimbulkan adalah tidak hanya membunuh ikan tetapi juga hewan-hewan air yang lain. Saya pernah melihat orang menangkap ikan dengan racun.  Banyak orang khawatir untuk mengonsumsi ikan hasil tangkapan dengan meracun. Mereka khawatir nanti juga akan keracunan. Tetapi ternyata ada cara yang ditemukan untuk menetralkan racun. Biasanya warga desa menggunakan air kelapa. Pertama-tama ikan yang sudah bersih dicuci dengan air kelapa muda sampai ikan-ikan tersebut benar-benar bersih. Namun menangkap ikan dengan meracun harus dihentikan untuk mejaga kelestarian ikan di desa kami.

Sepuluh tahun lagi dari sekarang apa yang terjadi dengan ikan di desa kami. Saya memperkirakan sepuluh tahun lagi jumlah ikan-ikan liar akan berkurang. Itupun kalau tidak mau dikatakan habis. Apalagi beberapa perilaku warga yang menangkap ikan dengan menyeterum dan meracun. Hal tersebut dapat mempercepat punahnya ikan-ikan liar. Jika perilaku dibiarkan terus-menerus tidak mustahil anak-anak dan cucu kita tidak bisa menikmati ikan-ikan di desa kita. Ada baiknya kita mulai berpikir untuk membudidayakan ikan-ikan liar tersebut. Ikan gabus, betik, dan ikan-ikan lainnya.

Tantangan wirausaha di bidang perikanan di desa kami Jaya Makmur dan Makmur Utama. Melihat potensi perikanan di desa Jaya Makmur dan Makmur Utama ada peluang besar untuk membudidayakan ikan. Karena masih jarang warga desa yang membuat peternakan ikan. Harapannya agar anak-anak kita dapat menikmati ikan-ikan yang ada di desa kita. Saya juga saat ini berusaha memelihara ikan yang didapat dari mancing.  Beginilah caranya; biasanya di desa kami memelihara ikan dengan cara memisahkan ikan besar dengan ikan kecil. Ikan besar sebagai indukan dipisahkan satu jantan dan satu betina. Bisa dengan cara menyekat kolam atau membuat kolam baru. Setelah itu tunggu indukan ikan tersebut kawin dan bertelur. Setelah telur berubah menjadi anak-anak ikan, barulah dipisahkan. Ikan kecil dipisahkan dari induknya agar tidak habis dimakan oleh induknya.

Kegiatan memancing ikan setelah sekolah. Saya dapat belajar tentang kesabaran dan konsistensi. Memancing adalah kegiatan yang kadang-kadang susah. Tetapi bagi yang sudah berpengalaman memancing pekerjaan yang mudah. Memancing juga memerlukan ketekunan. Bagi yang sabar dia akan mendapat hasil lebih banyak. Jika orangnya mudah putus asa maka dia akan pulang dengan tangan kosong. Jadi memancing itu memerlikan kesabaran dan ketekunan  dan tidak berputus asa  (tidak mudah menyerah walaupun ikan jarang ditemukan).

Teori-teori memancing ikan versi kami.  Ini adalah teori-teori yang saya temukan ketika saya memancing. Pertama-tama dengan melakukan pengamatan lokasi. Untuk ikan betik biasanya berada di sekitar tempat yang banyak jerami. Ikan gabus biasanyaberada di sela-sela rumput di pinggir kali. Sedangkan ikan lais di tempat terbuka di sungai yang besar. Bahkan laut.  Setelah mengenali lokasi dan jenis ikan. Siapkan peralatan dan bahan memancing mulai dari umpan, pancing sesuai keperluan.

Aneka jenis ikan yang disediakan alam adalah berkah dari bumi ini. Maka sudah sepantasnya menjaga dan melestarikannya. Tangan-tangan tak bertanggung jawab harus segera disudahi. Karena ini menyangkut generasi hari ini dan nanti. Ikan, alam, dan bumi adalah bagian kehidupan manusia yang tak terpisahkan. Kami anak-anak tran akan senantiasa menjaga ikan, alam dan bumi kami. Karena ia tempat dan alat hidup kami. Salam ikan dan bumi lestari.

Moh. Anis Romzi

Tentang Penulis : Moh. Anis Romzi

Penulis datang ke Kalimantan Tengah tepatnya di Kabupaten Katingan pada tahun 2006 dan mulai menetap pada tahun 2007.  Secara berurutan mengabdi di SMKN 1 Mendawai 2007-2014, SMA PGRI Katingan II, dan SMPN 2 Katingan Kuala. Mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah pada tanggal 11 Juni 2014 di SMPN 4 Katingan Kuala desa Jaya Makmur, Kec. Katingan Kuala, Kab. Katingan.