PUISI: Rindunya Lelaki Tua

Karya : Si Bunga Rumput Liar

Lelaki setengah baya berdiri sudut teras rumahnya sambil menatap nanar kesana kemarin sambil telinganya dimiringkan. Seperti ada yang ia dicari.

“Minum dulu pak. Kalo nggak bisa ya nggak usah pergi,” tegur seorang wanita yang tiba-tiba muncul disampingnya.

Sambil meletakkan segelas kopi panas dilantai teras, wanita kemudian kembali masuk kedalam rumahnya yang tidak begitu besar.

Lelaki itu hanya mengangguk tak membalas perkataan istrinya sambil memperbaiki letak songkok dikepalanya ia masih mencari.

Tiba-tiba senyum laki-laki itu mengembang. Setengah berteriak ia memanggil istrinya.
“Bu,…bu,…kemari sebentar, apa kamu dengar? Disana ada bunyinya,” katanya sedikit menyakinkan istrinya yang datang dengan tergopoh-gopoh.

“Ya sudah, sana berangkat,”
“Aku pamit dulu Bu,…”
“Jangan buru-buru, masih sempat kan? Disruput dulu kopinya, baru berangkat,…”
“Nah sudah, aku berangkat dulu, Assalamu’alaikum,..” ucap lelaki tua itu sambil menaiki sepeda motor keluaran lama yang dibeli dari tetangganya.

“Walaikumusalam Warahmatullahi Wabarakatuh…” sambut istri sambil menghela nafas dan tersenyum melihat keriangan hati suaminya.

Seperempat jam kemudian, tiba-tiba lelaki tua sudah kembali. Disudut matanya ada sedikit kekecewaan, tapi ia berusaha tersenyum hambar saat istrinya memandang dengan penuh tanya.

“Lo,..kok kembali lagi, apa ada yang ketinggalan pak? Inikan waktunya sudah hampir sampai,” tanya istri lelaki tua itu sedikit menggerutu.
“Nah tuh,…sudah Adzan,…” tambahnya.
“Dirumah aja bu,..semuanya ditutup,”
“Kok ditutup,…”
“Iya,…pintu gerbangnya ditutup, ada pemberitahuannya lagi. Disana tadi juga banyak yang pulang,”
“Kok bisa,..”
“Ya begitulah keadaannya. Aku dirumah aja,”
“Kalau begitu kita berjemaah aja pak, kan sudah masuk Dzuhur,…” pinta istrinya.

Lelaki tua itu menggangguk. Lalu masuk kebilik sederhananya.

Di ruang tamu yang juga dijadikan ruang keluarga itu, ia menunggu istrinya yang sedang mengambil air wudhu.

Sesekali ia menatap keluar melalui jendela kamarnya sambil berguman,…kapan semua ini berlalu ya Allah,…berikan kenikmatan kepada kami untuk beribadah kepadamu seperti jum’at-jum’at yang lalu ya Robb,..***