Budiman Sudjatmiko: Desa Adalah Alternatif Pembangunan Dunia Pasca Corona

IST/BERITA SAMPIT - Budiman Sudjatmiko melakukan webinar bersama Forum Pemuda Kalimantan Tengah, Rabu 6 Mei 2020.

PALANGKA RAYA – Forum Pemuda Kalimantan Tengah (FORPEKA) mengadakan webinar bersama Budiman Sudjatmiko yang merupakan pendiri gerakan Inovator 4.0 Indonesia. Ia juga dikenal sebagai aktivis reformasi, yang juga ikut menyusun Undang-Undang Desa, kegiatan tersebut dilaksanakan via aplikasi zoom meeting, Rabu 6 Mei 2020.

Webinar bersama mantan anggota DPR RI tersebut mengangkat Tema “Gerak Digitalisasi Ekonomi di Tengah Wabah Covid-19” dengan sub Tema “Mampukah Desa mengahadapi Digitalisasi Ekonomi Akibat Covid-19”.

Budiman dalam paparannya menyampaikan, bahwa desa adalah tiga dari masa depan dunia yang akan menjadi alternatif pembangunan dunia pasca corona. Ada tiga alternatif pasca corona, pertama apakah pasca corona negara akan menguat dan kekuatan negara dipakai untuk menopang modal-modal dan perusahaan-perusahaan besar untuk menggerakkan roda perekonomian.

Alternatif kedua adalah negara menguat dan mengumpulkan dan mengkonsentrasikan banyak sumber daya ekonomi tetapi tidak digunakan untuk meng subsidi perusahaan besar tetapi dipakai untuk jaminan sosial untuk membantu rakyat dalam perlindungan sosial, kesehatan, pendidikan, pangan dan lain sebagainya.

Alternatif ketiga adalah bukan bisnis yang dikuatkan, bukan negara juga yang dikuatkan tetapi komunitas yang dikuatkan, komunitas adalah desa dan kampung yang tentu saja memang ada keterlibatan negara tetapi inisiatif dan sumber-sumber pembangunan aktivitas dan cita-cita pembangunan lahir dari kacamata bawah, karena mereka bisa menjaga lingkungan.

“Sementara kita tahu, kerusakan lingkungan dianggap sebagai salah satu penyebab lepasnya virus-virus yang selama ini tertahan dan tertanam. Kerusakan lingkungan terjadi karena ada strategi pembangunan yang dibuat dari atas karena mengejar profit, karena pohon ditebang, karena pemanasan global es mencair,” ujar Budiman.

Budiman kembali menyampaikan, jika subjek pembangunan adalah komunitas, alam yang sudah turun temurun dijaga oleh komunitas ratusan tahun bahkan ribuan tahun tentu akan berbeda, bukan berarti kembali ke primitif tetap ada teknologi tetap ada kemajuan tetapi pelakunya adalah komunitas.

“Dari ketiga alternatif tersebut bisa kita pilih yang mana, negara kuat tetapi cenderung otoriter untuk membela pembisnis dalam menggerakkan ekonomi, kemudian negara kuat dan cenderung otoriter untuk menjaga ketahanan ekonomi, menjaga ketahanan sosial, ketahanan pangan, kesehatan publik, atau komunitas kuat dan negara demokratis dimana inisiatif diberikan kepada komunitas-komunitas dibawah, menurut saya alternatif ketiga adalah pilihan yang paling baik,” ungkap Budiman.

Menurut Budiman Sudjatmiko, alternatif ketiga memang memiliki kelemahan dalam hal koordinasi antar desa atau kampung, bagaimana koordinasi antar komunitas, namun yang terpenting desa tetap bisa menjaga keutuhan dan kekompakan, intinya adalah desa harus tetap melakukan koordinasi dengan teknologi, misalnya saling membagikan data antar desa.

“Sumber daya manusia harus dipersiapkan, sumber daya dana sudah ada karena sudah ada dana desa, sumber daya kekuasaan sudah ada karena ada undang-undang desa. Dana desa seharusnya tidak hanya digunakan untuk membangun jalan, tetapi bisa diberikan juga untuk meningkatkan sumber daya manusia anak-anak desa memberikan beasiswa misalnya kepada anak-anak desa, memberi beasiswa untuk anak-anak desa kuliah belajar ilmu pertanian belajar ilmu bio teknologi kemudian berkomitmen untuk kembali ke desa untuk membangun desa,” tutur Budiman.

Pembangunan pasca corona beroreintasi pada komunitas, pasar bebas sudah tidak bisa menjadi basis pembangunan, koordinasi dan jejaring antar desa akan menjaga Indonesia, sehingga data di Indonesia akan di demokratiskan. Budiman berpesan kepada seluruh pemuda Kalimantan Tengah agar kembali dan membangun desanya masing-masing. (NA/beritasampit.co.id).