Mengintip Pembuatan Perahu Traditional di Desa Persil

AHMAD/BERITA SAMPIT - Abdul Ghafur warga Desa Persil Raya, Kabupaten Seruyan, merupakan salah satu pembuat perahu traditional.

KUALA PEMBUANG – Kabupaten Seruyan memiliki bentang pesisir yang cukup luas sehingga banyak warga di pesisir menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan.

Selain berprofesi sebagai nelayan, ada juga sebagian kecil warga yang berprofesi sebagai pembuat perahu yang biasa dipakai untuk nelayan mencari ikan. Kapal yang dibuat biasanya dengan kapasitas dapat memuat tiga hingga empat orang dengan ukuran mesin kecil.

Pagi menuju siang gerimis sempat membasahi tanah, seorang laki-laki dengan perawakan kurus sedang merapihkan perahu yang memiliki panjang sekitar 6 meter, sangat cekatan memoles kayu yang sudah berbentuk sebuah sampan berukuran  kecil itu.

Lelaki itu bernama Abdul Ghafur, ia bekerja sendirian saat pembuatan perahu tersebut, terlihat sangat jeli dan hati-hati dalam mengukur setiap potongan kayu yang ia ukur.

BACA JUGA:   Kedaulatan Pangan Harus Dimulai Dari Swasembada Pangan
AHMAD/BERITA SAMPIT – Abdul Ghafur saat tengah merapihkan perahu traditional di Desa Persil Raya.

Pembuatan perahu kecil tersebut sudah sejak lama ia geluti, bahkan tak sedikit jumlahnya, hampir sebagian besar warga Desa Persil Raya, Kecamatan Seruyan Hilir, banyak yang mempercayakan jasa Abdul Ghafur. Bahkan tidak sedikit pula orang dari luar Seruyan menggunakan jasanya.

Abdul Ghafur menyebut, untuk pembuatan perahu yang berukuran kecil dia hanya membutuhkan waktu sekitar tiga sampai empat hari saja untuk menyelesaikannya.

Sementara itu, untuk sebuah perahu berukuran kecil ia hanya mematok tarif  sebesar Rp 2.5 juta saja.

“Biasanya untuk pembuatan kapal berukuran kecil ini hanya membutuhkan waktu tiga hari saja,” ujar pria yang sudah 30 tahun membuat perahu ini.

BACA JUGA:   Kalteng Ramadan Festival 1445 Hijriah Resmi Ditutup

Baginya untuk membuat sebuah perahu berukuran kecil ini cukup cepat, sementara itu untuk tahap pengeleman celah-celah perahu ini biasanya membutuhkan waktu sekitar seharian.

“Biasanya untuk menambal celah-celah dengan lem ini bisa seharian,” ujarnya.

Dalam sebulan Ghafur mampu membuat tiga hingga empat kapal berukuran kecil, berkat kelihaiannya bahkan, ia telah mendapatkan sertifikat dari Dinas Kelautan dan Perikanan.

Saat ditanya terkait bahan untuk pembuatan perahu, Ghafar mengaku selama ini tidak merasa kesulitan untuk mendapatkan kayu tersebut, bahkan ia juga sudah memiliki langganan sendiri untuk pemesanan kayu.

(ASY/beritasampit.co.id)