Begini Resiko Warga Lempuyang Pencari Kerang, Harus Bertaruh Nyawa Di Wilayah Habitat Buaya

ILHAM/BERITA SAMPIT - Burhan (28) salah seorang nelayan Desa Lempuyang, saat mengemudikan kelotok (perahu) kelokasi muara Sungai Lempuyang Besar, yang masuk pada kawasan muara laut teluk Sampit, merupakan lokasi dirinya mencari kerang yang juga lokassi habitat buaya di wilayah Desa tersebut. Selasa 29 September 2020.

SAMPIT – Profesi sebagai nelayan pencari kerang ternyata tidaklah semudah yang kita bayangkan, pengahasilannya pun juga tidak sebanding dengan resiko yang mereka hadapi.

Seperti yang dialami warga pencari kerang yang berada di Desa Lempuyang Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ini. Untuk mendapatkan kerang yang berkualitas dan layak untuk dijual, mereka harus berani bertaruh nyawa mencari kerang di sekitar Muara Laut Teluk Sampit tembusan Sungai Lempuyang Besar, yang merupakan kawasan Habitat Buaya Muara di wilayah desa itu.

Pasang dan surut air laut dimuara menjadi waktu yang ditunggu para nelayan ini, dan dibulan September, air laut akan surut pada malam hari, dan kesempatan itu dimanfaatkan warga melakukan aktivitas mencari kerang.

Padahal, pada sore dan malam hari merupakan waktu buaya lebih aktif berburu mencari makan. Inilah resiko yang harus dihadapi nelayan pencari kerang di Desa Lempuyang ini, apalagi lokasi mereka mendapatkan kerang merupakan kawasan habitat buaya, sehingga butuh kewaspadaan dan kejelian jika tidak ingin menjadi korban keganasan hewan berdarah dingin tersebut.

“Kalau buaya hampir setiap hari kami melihat setiap berangkat kemuara mencari kerang, sering kita lihat dipersimpangan menuju muara, ada yang cukup besar sekitar dua meter lebih. Yang namanya kita mencari nafkah, bagaimana lagi harus kita hadapi,” kata Burhan (28), salah seorang Nelayan pencari kerang Desa Lempuyang, selasa 29 September 2020.

ILHAM/BERITA SAMPIT – Burhan (28) bersama anggota keluarganya yang merupakan nelayan pencari kerang, saat mendengarkan imbauan Komandan BKSDA Pos Sampit, Muriansyah, Selasa 29 September 2020.

Satu kilo kerang dijual Rp 10.000, mungkin ini tidak sebanding dengan resiko yang mereka hadapi. Rata-rata dalam satu malam perorang hanya bisa menghasilkan 5 sampai 6 kilo.”Kita jalani dan syukuri, semoga semua jerih payah ini menjadi berkah,” paparnya.

Sementara itu, kasus serangan buaya yang terjadi pada minggu 27 September lalu, yang menimpa dua orang warga Desa Lempuyang pencari kerang yakni Lisnawati (21) dan Rama (13), ternyata adalah saudara kandung Burhan.

Tentunya kasus serangan buaya itu juga menjadi peringatan bagi dirinya,keluarga dan warga setempat, agar lebih hati-hati dan waspada saat melakukan aktivitas mencari kerang di malam hari.

“Saya bersyukur nyawa adik saya selamat, meski kakinya luka mendapat gigitan buaya. Dari kejadian ini, sementara kami tidak melakukan pencarian kerang dulu, sambil melihat pasang surut air. Kemungkinan oktober nanti air surut siang hari, lebih aman bagi kami jika ingin mencari kerang,”pungkasnya.

(Cha/beritasampit.co.id)