Karya Nyata Prajurit Sejati Membangun Ketertinggalan

SAMPIT – Deru mesin kelotok meraung, menyibak arus dan di hamparan sungai berlumpur. Mesin kelotok terus melaju, menyisir bentangan anak sungai yang kanan-kirinya meliuk dedaunan tumbuhan pakis dan tingginya pohon kelapa dengan suasana rindang yang menentramkan hati dan pikiran.

Pulau Hanaut, begitulah masyarakat sekitar menamainya hingga kini menjadi sebuah kecamatan, dengan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Desa terisolir dari pembangunan yang berada di lingkup dataran hijau itu begitu jauh dari sentuhan pembangunan. Jika malam menyelinap, suasana menjadi hening mencekam. Dari kejauhan hanya kegelapan yang terpampang nyata, menyatu dengan pekatnya kegelapan belantara yang mengelilingi desa sekitar.

Sampai sekarang ini, beberapa desa yang ada di Kecamatan Pulau Hanaut belum dilengkapi lampu penerangan jalan. Aktifitas warga desa terbatasi dikarenakan minimnya sarana prasarana.

Pulau Hanaut termasuk salah satu daerah terpencil dan terisolir yang menjadi target program TMMD 109 Kodim 1015/Spt. Dengan keterbelakangannya itu, warga yang mengandalkan hidup dari penjualan hasil pertanian, tentu berharap adanya seberkas cahaya untuk menerangi kegelapan. Pembangunan jalan sekiranya  menjadi salah satu persyaratan mutlak untuk mengangkat roda perekonomian masyarakat.

Apa jadinya, jika pembangunan jalan dan infrastruktur pendukung geliat perekonomian warga  terus ditunda. Rakyat akan terkepung  dalam situasi yang tidak menguntungkan dan tidak  berkesudahan. Sebagai solusinya, program nasional TMMD yang sudah memasuki tahun ke-109 berupaya menghalau keterbelakangan warga.

Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat Pulau Hanaut hidup dalam keterbekalangan, hal yang paling mendasar adalah akses transportasi yang masih terbatas. Kondisi jalan yang berisiko dengan jarak tempuh yang relatif lama menyebabkan warga kesulitan memasarkan hasil pertanian.

Akses transportasi penghubung antara Kecamatan sangat terbatas dan hanya mengandalkan jalur transportasi sungai, hingga berdampak terhadap tumbuh kembang ekonomi masyarakat setempat.

TMMD 109 yang berlangsung selama satu bulan, terhitung dari tanggal 22 September hingga 21 Oktober 2020 membidik pembangunan sejumlah sarana prasarana yang dibutuhkan sekaligus dikeluhkan warga.

Selain pengerjaaan rehab jembatan, personil TNI yang dibantu masyarakat kecamatan dari dua desa. Yaitu Desa Bapinang Hilir dan Desa Babirah juga membangun pos terpadu dan perehapan sebuah musala. Semua pengerjaan itu diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan agar warga bisa mengecap kehidupan yang lebih layak.

Keuletan dan ketangguhan prajurit TNI angkatan darat merambah belantara memang tidak diragukan lagi. Dalam hitungan  waktu satu bulan, kerusakan jembatan penghubung antara dua desa telah berubah wujud menjadi jembatan baru.

Tidak sebatas ketangguhan merambah belantara, prajurit TNI angkatan darat juga terampil dalam melakukan pendekatan dengan masyarakat setempat, membaur dan membina masyarakat dengan memberikan materi wawasan kebangsaan, ngaji bersama, penyuluhan narkoba dan pemberian pemeriksaan kesehatan.

Prajurit TNI tidak hanya tangguh di medan perang, namun juga memiliki sisi kehandalan lain, yakni kreatifitas dan semangat untuk selalu berkarya. Alangkah mulianya pengorbananmu prajurit sejati, karya-karyamu akan terkenang sepanjang zaman, bukti nyata kecintaanmu terhadap bumi pertiwi, negeri dengan kemakmuran yang tiada terukur, dari Sabang sampai Merauke. (Rls/beritasampit.co.id).