Hidayat Nur Wahid: Mereka Yang Salah Mengartikan Islam Dan Indonesia Perlu Dituntun

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid dalam acara temu nasional kebangsaan. Dok: Istimewa

LAMPUNG– Kerukunan dan persatuan yang dicitakan seluruh bangsa Indonesia masih kerap terganggu. Penyebabnya yakni sebagian masyarakat masih terus menyimpan sikap Islamophobia dan Indonesiaphobia di dalam hati mereka.

Padahal baik Islamophobia maupun Indonesiaphobia, masing-masing berpotensi mencabik kerukunan dan persatuan.

Kriminalisasi yang sering menimpa para ulama, adalah salah satu bukti bahwa Islamophobia masih tumbuh subur di bumi Indonesia. Mereka beranggapan bahwa Islam dan Indonesia tidak ada hubungannya.

Selain itu, mereka juga berkeyakinan bahwa para tokoh umat Islam diuntungkan karena kapasitasnya sebagai kelompok mayoritas. Padahal peran dan jasanya tidak sepadan dengan keistimewaan yang dinikmati.

“Ini adalah penilaian yang keliru, lantaran kurang mempelajari sejarah. Akibatnya mereka tidak mengetahui betapa besar pengorbanan dan keterlibatan ulama serta umat Islam dalam perjuangan Indonesia. Ketidak tahuan terhadap sejarah, serta jasa para ulama pada NKRI harus segera diluruskan, agar kebencian itu tidak semakin berbahaya, menjadi bara dalam sekam,” ujar Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid secara daring pada acara Temu Tokoh Nasoional /Kebangsaan, kerjasama MPR RI dengan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Kota Metro.

Acara tersebut berlangsung di Barakah Meeting Point (BMP) Jl. AH Nasution No.185, Yosodadi, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro, provinsi Lampung, Sabtu (14/11/2020).

Ikut hadir pada acara tersebut, Ketua BKPRMI Kota Metro Hadi Kurniadi, ST, MT dan tokoh masyarakat Kota Metro Ustad Nasriyanto. Selain Hidayat acara tersebut juga menghadirkan Dharma Setiawan, MA, dosen Ekonomi Syariah IAIN Metro, selaku pembicara pendamping.

Hidayat mengatakan pelurusan juga perlu dilakukan terhadap umat Islam yang masih memelihara sikap Indonesiaphobia. Seperti Islamophobia.

“Indonesiaphobia juga muncul karena ketidak lpaham pada sejarah,” tandasnya.

Politikus PKS itu menjelaskan keterbatasannya dalam memahami ajaran agama yang benar. Hal itu membuatnya beranggapan bahwa kelompok lain yang tidak sependapat sebagai kafir, bid’ah dan thagut.

“Padahal, NKRI adalah hasil jihad dan ijtihad para ulama. Karena itu, sudah seharusnya jika umat Islam menjaga dan mempertahankan NKRI dengan baik. Bukan malah mengabaikan apalagi merusaknya,” ungkap Hidayat.

“Baik kelompok yang Islamophobia maupun Indonesiaphobia, keduanya harus diluruskan agar tidak mengulangi kesalahan. Sebagai mualaf Pancasila dan mualaf NKRI, keduanya patut dituntun, agar bisa lebih memahami Islam dan Indonesia dengan baik dan benar,” imbuhnya.

Jelang Pilkada serentak Desember mendatang, Hidayat tak lupa mengingatkan agar masyarakat turut menggunakan hak pilihnya secara bijaksana. Pilihlah calon yang jelas asal-usul, dan pemikirannya. Jangan memilih calon pemimpin yang tidak jelas kemampuan dan rekam jejaknya.

“Dan jangan menukar hak pilih dengan sesuatu yang murah, karena kerugian dan penyesalannya harus ditanggung selama lima tahun,” pungkas Hidayat Nur Wahid.

(dis/beritasampit.co.id)