Pencarian Emas di Kobar Berujung Batu Nisan 

Foto : Ilustasi - Maman

PERTAMBANGAN EMAS LIAR, khususnya di Kelurahan Pangkut dan umumnya di wilayah Kecamatan Arut Utara Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) dikenal salah satu tempat yang dituju para pendambang dari luar daerah.

Kasus penambang emas liar ini mulai ramai disoroti pasca 10 warga asal Tasikmalaya tertimbum saat mencari emas di Pangkut untuk menambang emas.

Pada tahun 2011 penulis sempat tinggal selama 6 bulanan di sebuah camp angkutan kayu disekitar Pangkut, selama disana penulis sudah sering mendengar banyak galian tambang emas.

Tapi waktu itu penulis biasa saja, tidak menghiraukan apakah ada ijinnya atau tidak ada. Karena kegiatan penambangan emas di Pangkut bukan merupakan rahasia.

Dalam perjalananya, nasib para penambang emas liar di Pangkut tersebut tidak berjalan mulus, lantaran sesekali sering ada razia dari aparat keamanan. Namun, entah kenapa..?? kemudian muncul lagi penambang emas liar yang baru.

Kasus penambang liar ini kembali menjadi sorotan, tiba-tiba Rabu, 18 November 2020 sekitar Pukul 20.00 WIB tambang emas liar di RT 06 Sungai Seribu Kelurahan Pangkut, longsor menimbun 10 penggali emas.

Mendengar musibah kejadian ‘Longsor’ yang menelan korban kabar ini pun cepat beredar di sejumlah medsos. Sehari kemudian Kamis, 19 November 2020, Pemkab Kobar membantuk Tim SAR Gabungan, sekaligus hari itu juga melaksanakan kegiatan pencarian korban yang tertimbun lumpur didalam lubang sedalam 65 meter.

Hasilnya, pencarian pertama berhasil ditemukan 2 korban dengan kondisi meninggal dunia dan besoknya pencarian kedua, ditemukan 1 korban lagi.

Namun, pada pencarian ketiga sampai hari ke tujuh sisa 7 korban yang masih tertimbun lumpur didalam lubang masih nihil belum diketemukan.

Apa sebab ?. Karena menurut Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Palangka Raya Haryadi, dalam jumpa pers menjelaskan, faktor penyebabnya, karena lubang tambang yang dalamnya 65 meter lebarnya sempit hanya 75 cm sampai dengan 80 cm, pas badan manusia. Saat 3 korban berhasil dievakuasi, juga sangat sulit.

Dan sesuai dengan standar operasi prosedur SAR kalau selama 7 hari korban belum ditemukan, maka pencarian dututup kata Haryadi,namun akan terus dilakukan pemantauan di lokasi kejadian.

Setelah 3 korban berhasil dievakuasi, muncul kabar duka dari semua keluarga korban di Tasik Malaya, dan kabar duka yang sangat mendalampun digoreskan oleh semua keluarga korban, dengan bentuk surat kepada Pemkab Kobar.

Yang isi suratnya, keluarga korban antara lain menuliskan bahwa musibah itu adalah kehendak Allah SWT, dan kalau ke 7 korban sulit untuk dievakuasi maka semua keluarga korban telah meng ikhlaskan, terkubur didalam lubang tambang emas.

Pengamatan penulis, semoga pembangunan ‘Batu Nisan’ yang dijanjikan Bupati Kobar Hj Nurhidayah sudah dibangun, bisa mengakhiri pertambangan emas liar di Pangkut dan di beberapa Desa lainnya di Wilayah Kecamatan Arut Utara. Semoga.

Penulis : Maman Wiharja ( Wartawan – Beritasampit.co.id )