Di Universitas Andalas, Fadel: Pertanian Bisa Jadi Tulang Punggung Pembangunan

Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammadi Saat acara Dies Natalis ke-66 Fakultas Pertanian di Convention Hall Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Senin, (30/11/2020). Dok: Istimewa

PADANG– Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad mengingatkan bahwa sektor pertanian bisa menjadi tulang punggung pembangunan nasional, yang penting bisa dikelola dengan baik.

Apalagi, menurut Fadel, Indonesia memiliki sumber daya dan potensi pertanian yang sangat besar. Namun, potensi dan sumber daya tersebut tidak akan berfungsi apa-apa jika tidak diusahakan dengan baik.

“Jadi, potensi dan sumber daya, itu harus diupayakan dengan kerja keras,” tutur Fadel pada orasi ilmiah Dies Natalis ke-66 Fakultas Pertanian di Convention Hall Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Senin, (30/11/2020).

Ikut hadir pada acara tersebut anggota MPR dari kelompok DPD Muslim Muhammad Yatim, Djafar Al Katiri, serta Alirman Sori. Selain itu juga hadir Rektor Universitas Andalas, Prof.Dr. Yuliandri, dan Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Ir. Munzir Busniah, MSi.

Fadel memaparkan berdasarkan data BPS tahun 2020, produksi padi mencapai 55,16 juta ton GKG (gabah kering giling) setara dengan 31,63 juta ton beras.

“Secara matematis perhitungan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Kenyataannya, sejak lama kita selalu mengimpor beras. Bahkan dalam kurun 50 tahun kita mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” tandas Fadel.

Fadel bercerita saat menjadi Gubernur Provinsi Gorontalo yang berhasil meningkatkan produksi jagung secara besar-besaran.

Jagung dipilih, karena masyarakat Gorontalo banyak yang mengkonsumsi makanan tersebut. Ia mendorong petani menanam jagung dengan insentif harga yang lebih tinggi.

Strategi tersebut berhasil, tahun 2003 langsung meroket hingga 183 ribu ton. Tahun 2004 menjadi 251 ribu ton dan tahun 2005 menjadi 400 ribu ton. Petani yang biasa hanya memproduksi jagung 1,5-2 ton per tahun, tahun 2005 sudah bisa memproduksi hingga 5 ton.

Fadel mengatakan konsep Agropolitan Gorontalo mengenal istilah Djie Sam Soe (234), yaitu 2 ha lahan, 3 kali panen jagung, dan memelihara 4 ekor sapi. Hasilnya, kesejahteraan petani melonjak.

“Ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah jamaah haji. Awal 2000 jumlah jamaah haji asal Gorontalo sekitar 200-300 orang per tahun. Pada tahun 2005 sudah mencapai 1.000 orang.

Artinya, makin banyak petani yang mampu naik haji berkat jagung. Pendapatan per kapita pun naik. Pada tahun 2002 sebesar Rp 2,4 juta, tahun 2005 menjadi Rp 3,2 juta.

“Untuk mencapai keberhasilan tersebut, pemerintah harus turun tangan mengambil kebijakan pro pertanian. Antara lain, bantuan pupuk dan bibit, memperbanyak tenaga ahli pertanian, penyaluran kredit, pengadaan mesin pertanian dan bantuan penjualan produk pertanian,” pungkas Fadel Muhammad.

(dis/beritasampit.co.id).