Desember – Maret Musim Bertelur, Buaya Lebih Agresif

ILHAM/BERITA SAMPIT - Tim BKSDA Sampit bersama Polsek Ketapang dan Aparatur Desa Pelangsian, sedang mengunjungi lokasi terjadinya serangan buaya di belakang rumah Nenek Bahriah (74), di Desa Pelangsian, Sabtu 02 Januari 2021 kemarin.

SAMPIT – Komandan Pos Jaga Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Sampit, Kalimantan Tengah, Muriansyah, mengingatkan warga Kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), khususnya yang tinggal dipinggir sungai Mentaya agar lebih waspada beraktivitas di sungai. Pasalnya bulan ini telah masuk musim kawin sehingga buaya lebih agresif.

“Bulan Desember sampai Maret musim bertelur buaya, ini patut diwaspadai masyarakat, terutama yang tinggal di pinggir sungai. Sebab pada musim bertelur ini aktivitas buaya lebih aktif dan sangat agresif, khususnya buaya jantan,” kata Muriansyah, Senin 04 Januari 2020.

Dalam kasus serangan yang terjadi pada dua orang korban di akhir bulan Desember 2020 dan awal bulan Januari 2021 kemarin, bisa diperkirakan yang melakukan serangan jenis buaya muara berkelamin jantan.

“Kalau sudah mencapai 3 meter atau lebih, bisa dipastikan itu buaya jantan. Kalau betina kebanyakan berukuran dibawah 3 meter. Dan diperkirakan kasus serangan buaya pada dua korban di Desa Ganepo dan Pelangsian merupakan serangan buaya jantan,” terangnya.

Kasus serangan buaya yang telah memasuki kawasan pemukiman warga, apa lagi berada di wilayah Kota Sampit, sebagai pusat ibukota Kabupaten Kotim, tentunya permasalahan ini harus menjadi perhatian serius oleh Pemerintah Daerah, sebab munculnya buaya ke pemukiman warga diduga akibat habitatnya terganggu dan mulai rusak.

BACA JUGA:   Pertamina Diminta Stop Sementara Suplai BBM Subsidi

“Untuk Pemerintah Daerah, marilah kita bersama-sama menghadapi dan memecahkan persoalan ini. Kejadian ini merupakan akibat dan dampak, dari kerusakan alam dan rusaknya ekosistem yang kita alami saat ini,” tegasnya.

Sementara itu, sebelumnya pada tanggal 30 Desember 2020 lalu, telah terjadi serangan buaya kepada Aditya (11) seorang anak laki-laki di Desa Ganepo, Kecamatan Seranau.

Saat itu korban sedang mandi berenang disungai sekitar pukul 09.00 WIB pagi, dan tiba-tiba mendapatkan serangan. Bahkan badan anak ini sudah berada di mulut buaya, beruntung dua orang saudaranya datang dan langsung memukul serta membacok buaya itu menggunakan kayu dan parang, hingga nyawa Aditya selamat dari bekapan buaya itu.

Namun, akibat gigitan itu anak tersebut mengalami luka di bagian pinggang serta kaki, dan kini mendapatkan perawatan di rumahnya.

BACA JUGA:   Pengamat Sampaikan Penyebab Mahalnya Tiket Pesawat di Kotim

Sementara serangan buaya yang cukup parah dialami Bahriah (74) seorang nenek yang tinggal tidak jauh dari pelabuhan pasar di Desa Pelangsian,Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.

Serangan buaya ini terjadi sekitar pukul 23.30 WIB malam, pada Jumat 1 Januari 2020. Saat itu Bahriah baru selesai buang air besar, keluar dari jamban (WC) diperkirakan korban mau mencuci tangannya, pada saat itu air sungai sedang pasang.

Saat tangan kirinya ke air, tiba-tiba terjadi serangan buaya yang telah mengincarnya. Sempat terjadi tarik-menarik antara korban dan buaya itu.

Kuatnya cengkraman buaya yang diperkirakan berukuran 3 meter lebih, membuat tangan kiri Bahriah putus, beruntung nyawanya selamat dari serangan hewan itu yang berupaya membawanya ke dalam sungai, lantaran pergelangan kaki kirinya tersangkut tangga hingga patah.

Koban sendiri kemudian diselamatkan oleh ipar dan anak kandungnya, dan kemudian dibawa ke RSUD dr Murjani Sampit, guna mendapatkan penanganan medis. (Cha/beritasampit.co.id).