Hari Primata Indonesia Momen Tepat Mengedukasi Masyarakat

IST/BERITA SAMPIT - Drh. Arga Sawung Kusuma.

PALANGKA RAYA – Setiap tanggal 30 Januari diperingati sebagai Hari Primata Indonesia, yang dicetuskan karena keprihatinan atas maraknya perdagangan ilegal primata Indonesia. Hari Primata Indonesia ini bisa menjadi momentum yang sangat tepat untuk mengedukasi masyarakat, bahwasannya Primata merupakan satwa liar yang bukan untuk peliharaan.

Primata bukan sebagai hewan peliharaan karena, jika dirunut berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 50 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, disebut bahwa satwa liar itu semua binatang yang masih mempunyai sifat liar.

“Ketika satwa liar dipelihara, maka suatu saat nanti pasti akan membahayakan dan menyerang pemiliknya. Selain itu, dari sisi medis, pengetahuan kesehatan tentang satwa liar masih terbatas dan belum banyak diketahui sehingga tidak salah ketika ada publikasi menyatakan bahwa 70 persen emerging infectious disease (penyakit baru termasuk COVID-19) berasal dari satwa liar,” ungkap Drh. Arga Sawung Kusuma, melalui rilis yang diterima, Minggu 31 Januari 2021.

BACA JUGA:   Kunker di Kejari Seruyan, Kejati Kalteng Ingatkan Profesionalisme dalam Pelaksanaan Tugas

Selain itu, Dokter hewan yayasan penyelamatan dan rehabilitasi orangutan Kalimantan Tengah, BOSF ini juga menyampaikan, belum lagi membicarakan tentang banyaknya penyakit zoonosis (transmisi dari hewan ke manusia atau sebaliknya) yang dapat ditularkan dari primata ke manusia. Semua ini yang mendasari mengapa Primata atau satwa liar bukan hewan peliharaan.

Drh. Arga berharap pada Hari Primata Indonesia ini, semua stakeholder baik pemerintah, NGO, masyarakat, dan lain-lain, dapat saling bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran bahwa Primata bukan hewan peliharaan dan mereka harus hidup bebas di alam habitatnya.

BACA JUGA:   Bulog Kalteng Sudah Antisipasi Stok Bahan Pokok Jelang Ramadhan

Edukasi yang terpenting sebenarnya dari diri sendiri dan keluarga. Ketika lingkungan terdekat sudah mengerti maka kita akan mendapatkan support untuk menyebarkan ke lingkungan lebih luas. Edukasi ini menjadi penting sehingga ketika masyarakat sudah tidak tertarik lagi memelihara/membeli primata maka secara otomatis akan menekan para pemburu untuk mengambil primata tersebut di alam.

Edukasi lebih jauh lagi, masyarakat nantinya akan dapat saling menjaga kelestarian hutan agar tidak terjadi kerusakan yang lebih besar yang dapat merusak habitat primata. (Hardi/beritasampit.co.id).