Pemahaman, Sikap dan Peran Umat Buddha Terhadap Karhutla di Kalteng

IST/BERITA SAMPIT - Doktor ke Enam dari Prodi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Palangka Raya, Dr. Joko Santoso, S.Ag., MM.

PALANGKA RAYA – Pemahaman, sikap dan peran umat Buddha terhadap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan judul Disertasi dari salah satu mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Lingkungan, Pascasarjana Universitas Palangka Raya (UPR) Joko Santoso, yang akan melakukan sidang promosi Doktor pada Senin, 8 Februari 2021.

Joko Santoso nantinya merupakan Doktor ke 6 (Enam) dari Program Pascasarjana Universitas Palangka Raya atas bimbingan dari Prof. Sulmin Gumiri, M.Sc. Ph. D, Nina Yulianti, SP., M.Si. Ph. D dan Dr. Ir. Hj. Masliani, MP, dan juga dukungan dari semua pihak terutama Universitas Palangka Raya, Direktur Pascasarjana, keluarga besar Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama, keluarga dan para sahabat.

Dijadikan pokok penelitian hal ini melihat bahwa di Kalteng dan beberapa wilayah di Indonesia selalu terjadi kebakaran hutan dan lahan setiap tahun. Berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan sudah banyak dilakukan oleh para akademisi namun penelitian yang spesifik berkaitan dengan ajaran Buddha dan umat Buddha belum ada sebelumnya.

“Ini akan menjadi gambaran dan menjadi masukan kepada masyarakat pada umumnya, khususnya kepada Umat Buddha di Kalimantan Tengah untuk dapat meningkatkan pemahamannya, menumbuhkan rasa dan sikap kepeduliannya serta melakukan peran-peran yang nyata dalam berpartisipasi mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kalimantan Tengah,” terang Joko Santoso, Minggu 7 Februari 2021.

Disertasi ini akan menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dalam rangka memperkaya konsep dan metode untuk memahami berbagai upaya dalam mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia khususnya di Kalteng. Menjadi masukan bagi pemerintah dalam rangka menumbuh-kembangkan peran serta masyarakat dan tokoh agama serta pemeluk agama dalam rangka pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

“Pemerintah perlu melakukan pengembangan edukasi yang terus menerus untuk mempengaruhi pemahaman masyarakat, sehingga mampu merubah sikap dan perilaku masyarakat kearah yang positif terkait kebakaran hutan dan lahan,” pungkas Joko.

Menurutnya, edukasi dapat berupa sosialisasi, memberikan Reward bagi para tokoh agama atau umat yang berhasil dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dan menyediakan sarana gratis dalam menyampaikan edukasi serta dapat dijadikan program pada Kementerian Agama terkhusus Bimas Buddha pada potensi daerah yang rawan bencana. (M.Slh/beritasampit.co.id).