Buaya dan Perahu Ces Dijadikan Objek Wisata, Ini Kata Ketua Karang Taruna

PARIWISATA : JUN/BERITA SAMPIT - Ketua Karang Taruna Provisi Kalimantan Tengah, Abdul Hafid, saat di bincangi beritasampit.co.id, Jumat 27 Februari 2021

SAMPIT – Keresahan masyarakat tentang masifnya kemunculan buaya di sungai Mentaya menjadikan perhatian Bupati Kotim Halikinnor.

Bupati Kotim yang baru dilantik, 26 Februari 2021 ini kembali mengungkapkan akan menjadikan pulau Lepeh di Kecamatan Pulau Hanaut sebagai kawasan wisata buaya.

“Kita akan mengundang BKSDA dan pihak terkait lainnya untuk membicarakan hal ini lebih lanjut. Kalau kita jaga habitatnya dengan pengawasan dan pengelolaan yang baik tentunya keresahan masyarakat dapat diminimalisir,” katanya, di hadapan awak media.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Karang Taruna Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Abdul Hafid mengatakan, perlu adanya metode, baik observasi, penelitian juga tanggapan masyarakat jika di kawasan tersebut dijadikan objek wisata.

“Kita mendorong kalau memang daerah atau kawasan tersebut bisa menjadi daerah pariwisata. Tapi tidak ada salahnya sebelum direalisasikan ada baiknya kita minta tanggapan dari masyarakat setempat terhadap rencana tersebut, baik diawali dengan pengumpulan data dan penelitian, dilakukan observasi, termasuk dokumentasi tentang fenomena kemunculan buaya tersebut,” paparnya.

BACA JUGA:   Begal Bersajam Dilumpuhkan Personel Brimob

Menurut Hafid, pengembangan periwisata merupakan salah satu usaha untuk mempromosikan daya tarik suatu objek wisata agar menjadi berkembang sesuai dengan visi dan misi. Pengembangan pariwisata hendaknya tidak terlepas dari arah pengembangan kebudayaan daerah.

“Pada umumnya masyarakat yang merasakan dan melihat pengembangan pariwisata yang ada didaerahnya. Tapi tidak semua pendapat masyarakat mengatakan baik atau buruk, karena setiap individu memiliki persepsi atau pandangan yang berbeda,” katanya.

Dalam membangun pariwisata, dirinya berharap pemerintah juga memperhatikan kearifan lokal dan budaya, salah satunya penggunaan model transportasi air seperti perahu ces (sapan bermesin).

Saat ini, lanjutnya, dibeberapa desa sangat jarang dan tidak lagi menggunakan perahu ces dalam kesehariannya, karena adanya jalan tembus hingga warga banyak yang menggunakan kendaraan roda dua.

BACA JUGA:   Tiga Pentolan Gerindra yang Berpeluang Maju di Pilkada Kotim

Namun beberapa tahun belakangan, melalui kreatifitas warga dan inovasi pemuda desa, mereka jadikan perahu ces untuk adu ketanggasan melaju di sungai. Bahkan di beberapa event atau perayaan tertentu masyarakat meramaikannya dengan lomba balap perahu ces.

Ramainya masyarakat dari luar daerah yang menyaksikan keseruan lomba ini, tentu menjadi peluang promosi daerah dan moda transportasi tersebut menjadi objek wisata.

“Sekarang dengan adanya kegiatan-kegiatan masyarakat dengan menggalakkan balap perahu ces itu bisa menjadi sesuatu yang dapat dikembangkan. Sehingga potensi sumber daya sungai itu bisa dikelola untuk sebuah wisata. Ini perlu menjadi agenda pemerintah daerah” pungkasnya.

(jun/beritasampit.co.id)