Puluhan Wartawan Ikuti Pelatihan Jurnalistik, Marah Sakti Siregar Kupas Filosofi Jurnalisme

PELATIHAN : JUN/BERITA SAMPIT - Pelatihan jurnalistik yang diikuti puluhan wartawan melalui zoom meeting, Jumat 5 Maret 2021.

SAMPIT – Sedikitnya 60 wartawan dari berbagai daerah di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mengikuti pelatihan jurnalistik pra uji kompetensi wartawan (UKW), Jumat 5 Maret 2021.

Digagas oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalteng, pelatihan yang dilaksanakan Dewan Pers ini menghadirkan narasumber para Dewan Pers, diantaranya Marah Sakti Siregar, Kamsul Hasan dan Iramanto.

Marah Sakti Siregar, selaku pemateri pertama, melalui  materinya “Filosofi Jurnalisme” mengatakan, bahwa tujuan jurnalisme adalah menyediakan informasi yang diperlukan orang agar bebas dan bisa mengatur diri sendiri.

Untuk memenuhi tugas ini, lanjutnya, terdapat beberapa elemen yang patut dan diperhatikan wartawan. “Kewajiban pertama jurnalis adalah kebebasan, loyalitas pertama jurnalis kepada warga, esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi,” paparnya.

BACA JUGA:   Polisi Jaring Sejumlah Kendaraan Diduga Terlibat Balap Liar di Sampit

Selanjutnya, jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput, harus melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan, menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari publik serta berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan.

“Kemudian Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional dan Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka,” imbuhnya.

Dari Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), dalam bukunya The Elements of Journalism, What Newspeople Should Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers), ditambahkan satu poin lainnya, yaitu warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan berita. Poin ini muncul sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi, khususnya internet, dimana warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan media sendiri.

BACA JUGA:   Polisi Buru Kakek Pelaku Pencabul Bocah Enam Tahun di Sampit

“Ini terlihat dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas (community journalism) dan media alternatif. Warga dapat menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong perkembangan jurnalisme,” terangnya.

“Jangan berhenti menulis dan memberitakan serta perkaya pengetahuan dengan memahami dunia jurnalistik secara komperehensif. Jadilah wartawan yang kompeten dan profesional,” pesannya mengakhiri sesi pertama pelatihan itu dari layar zoom metting. (Jun/beritasampit.co.id).