SAMPIT – Meski pernah diberikan pembinaan, bahkan bantuan peralatan serta modal untuk buka usaha sendiri oleh Pemerintah Daerah Kotawaringin Timur (Kotim), agar tidak kembali ke dunia prostitusi, namun tidak memberikan rasa sadar, malahan tambah ngeyel dengan bergelut lagi ke pekerjaan haram tersebut.
“Kita pernah tanya kemana alat yang diberikan pemerintah seperti alat penggilingan pentol dan alat lainnya, alasannya mereka jual untuk kebutuhan hidup. Sayang, padahal sudah punya keterampilan, mungkin ingin kerja enak saja,” kata Wakil Bupati Kotim, Irawati, saat memimpin langsung pembongkaran tempat remang-remang di jalan M. Hatta lingkar selatan, Rabu 10 Maret 2021.
Para pekerja esek-esek ini juga sebagian besar penduduk dari luar daerah, dengan relatif usia di atas kisaran 40 tahun.
“Saat beberapa waktu lalu kita operasi, kebanyakan yang kedapatan berusia sekitar 40 tahun atau lebih, ada juga yang muda tapi beberapa orang,” ujar Ira.
Dari hasil penelusuran Ira, sejumlah wanita remang-remang ini juga mematok tarif yang relatif murah, berkisaran Rp 150 sampai Rp 50 ribu.
“Itu tergantung nego dan kesepakatan. Saat kita tanya juga, mereka bilang kerja ini untuk kebutuhan keluarga, susu anak dan segalanya,” paparnya.
Untuk mencegah dan memastikan Sampit sebagai Ibukota Kabupaten Kotim bersih dari prostitusi, dirinya telah menginstruksikan pada jajaran instansi pemerintah yang berwenang, khususnya Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), rutin melakukan patroli, dan menindak jika menemukan masih ada aktivitas esek-esek tersebut.
“Saya sudah menginstruksikan kepada Kepala Satpol PP, untuk rutin mengawasi dan patroli agar tidak ada lagi kegiatan seperti ini di Kota Sampit,” pungkasnya. (Cha/beritasampit.co.id).