Ruang Kelas Terbatas, Jadwal PTM di SDN 1 Baamang Tengah Beda

SEMANGAT : ARIFIN/BERITA SAMPIT – Kepala SDN 1 Baamang Tengah saat meninjau kelas 6 yang sedang mengikuti pembelajaran tatap muka.

SAMPIT – Ruang kelas terbatas dan jumlah murid begitu banyak tidak mudah bagi kepala SDN 1 Baamang Tengah, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), mengatur jadwal Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terutama pada saat pandemi covid-19.

Akan tetapi, harus ada trik tersendiri agar seluruh murid mulai kelas 1-6 tetap belajar tatap muka meskipun sistem pembelajaran diatur selama seminggu 3 kali pertemuan dan pemberian materi tematik dibatasi maksimal 2 jam per mata pelajaran.

“Ruang kelas yang ada hanya delapan ruangan dan jumlah rombongan belajar ada 12 kelas, sedangkan jumlah murid mulai kelas satu sampai kelas enam sekitar 320 orang,” ucap Kepala SDN 1 Baamang Tengah Mirjait saat wartawan media siber beritasampit.co.id, bertandang ke sekolahan yang beralamat di Jalan Muchran Ali, Sabtu 13 Maret 2021.

Mirjait menuturkan, awalnya para guru menginginkan agar seluruh murid belajar tatap muka menggunakan sistem shift (bergantian). Namun, kata dia, hal itu tidak diperkenankan karena melanggar aturan protokol kesehatan sehingga, sistem itupun dirubah menjadi paralel.

“Maksudnya begini, misalkan jumlah murid kelas satu dibagi menjadi empat ruangan, untuk hari pertama digunakan dua ruangan dan untuk dua ruangan lainnya akan digunakan pada hari berikutnya dan begitu juga dengan kelas-kelas lainnya,” ujarnya.

Yang jadi persoalan SDN 1 Baamang Tengah, lanjut Mirjait, tidak hanya terbatas jumlah ruang kelas bahkan jumlah tenaga pendidik (guru). Sebab, jenjang sekolah dasar hanya mengandalkan guru kelas bukan guru per mata pelajaran.

“Sistem PTM di SDN 1 Baamang Tengah mungkin berbeda dengan sekolah lainnya terutama yang memiliki ruang kelas cukup banyak, yang jelas sistem kami ini hanya sementara karena masih pandemi covid-19 dan setelah normal sistem pembelajaran akan seperti semula,” kata Mirjait.

Dia menambahkan, sebelum pandemi covid-19 sistem PTM di SDN 1 Baamang Tengah untuk kelas 1 dan 2, kelas 5 dan 6 masuk pagi, sedangkan kelas 3 dan 4 masuk siang.

Hal itu dikarenakan jumlah ruang kelas hanya ada 8 ruang dan rombongan belajar ada 12 kelas sehingga, harus menyesuaikan jumlah ruang kelas yang tersedia.

Disisi lainnya, SDN 1 Baamang Tengah terkendala status kepemilikan lahan (aset) mulai 2008-2021 belum ada solusi.

Alasannya, sebelum dibangun sekolahan tersebut sudah dihibahkan namun tidak dibuktikan dengan surat hibah sehingga, ahli waris menuntut agar lahan yang sudah dibangunkan gedung sekolah dikembalikan atau ada kompensasi.

Persoalan itupun berlarut-larut dan berimbas sulitnya penataan pembangunan gedung sekolah bahkan menjadi kendala masuknya bantuan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah hingga pihak swasta.

(ifin/beritasampit.co.id)