Palangka Raya dan Sampit Kembali Mengalami Inflasi

RILIS : IST/BERITA SAMPIT - Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro (kiri) saat menyampaikan rilis, Kamis 1 April 2021 di kantornya.

PALANGKA RAYA – Selama Maret 2021 di Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,18 persen atau mengalami peningkatan indeks harga dari 105,57 (Februari 2021) menjadi 105,76 (Maret 2021). Inflasi ini terjadi karena peningkatan indeks harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau (0,75 persen), kelompok penyedia makanan dan minuman atau restoran (0,13 persen), serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (0,08 persen).

“Inflasi tahun kalender (0,60 persen) akibat peningkatan indeks harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau (2,48 persen), kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (1,38 persen),serta kelompok pakaian dan alas kaki (1,06 persen),” ungkap Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro, di Kantornya, Kamis 1 April 2021.

Eko menambahkan inflasi tahun ke tahun (0,94 persen) terjadi akibat peningkatan indeks harga pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (4,77 persen), kelompok kesehatan (2,49 persen), serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (2,31 persen).

Selain di Palangka Raya, inflasi juga terjadi di Sampit, yakni sebesar 0,04 persen selama Maret 2021 atau mengalami kenaikan indeks harga dari 105,58 (Februari 2021) menjadi 105,62 (Maret 2021). Terjadinya inflasi dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau (0,85 persen), kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran (0,39 persen), serta kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,11 persen).

“Inflasi tahun kalender (0,11 persen) dipengaruhi secara umum oleh kenaikan indeks harga dari kelompok makanan, minuman dan tembakau (1,24 persen), kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,95 persen), serta kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran (0,74 persen),” pungkasnya.

Inflasi tahun ke tahun (1,17 persen) pun melaju positif yang disebabkan oleh peningkatan indeks harga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (6,04 persen), kelompok makanan, minuman dan tembakau (2,04 persen), serta kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran (1,58 persen).

“Kelompok bahan makanan, minuman, dan tembakau masih mendominasi perkembangan indeks harga, baik di Palangka Raya maupun di Sampit. Komoditas cabai rawit, rokok kretek filter dan bawang putih menjadi komoditas pemicu inflasi yang terjadi di kedua kota,” lugas Eko.

Sementara penurunan harga emas perhiasan menjadi instrumen reduktif terhadap kenaikan indeks harga secara umum di kedua kota. Andil tarif angkutan udara pun masih berpengaruh signifikan terhadap perubahan indeks harga di kedua kota. (Hardi/beritasampit.co.id).