Pupuk Langka, Petani Padi Paksa Ganti Pupuk Garam

GARAP LAHAN : ARIFIN/BERITA SAMPIT - Petani sedang menggarap lahan pertanian secara manual sebelum ditanam padi.

SAMPIT – Sejak Desember 2020, keberadaan pupuk bersubsidi di tingkat petani Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS), Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), langka. Padahal, sudah masa tanam April-September (Asep).

“Yang ada hanya pupuk industri dengan harga Rp 300 ribu per 50 kilo, kalau pupuk subsidi langka sejak akhir 2020 sampai sekarang,” ucap Ketua BPD Sei Ijum Raya, Supardi kepada wartawan media siber beritasampit.co.id, Kamis 1 April 2021.

Hasil investigasi Berita Sampit di lapangan, sejumlah petani padi dari 6 desa dan 2 kelurahan di Kecamatan MHS mengaku bingung. Alasannya, tanam padi sedangkan pupuk langka.

BACA JUGA:   Jika Dapat Restu Dari Golkar, Fredy Mustofani Siap Bertarung di Pilkada Kotim

Berbagai upaya petani padi telah dilakukan demi mendapatkan pupuk bersubsidi tapi tidak mendapatkan hasil. Namun informasinya, kelangkaan pupuk itu hanya di tingkat petani yang ada di Kecamatan MHS.

“Hanya di Kecamatan MHS saja yang langka, kalau di kecamatan lain seperti Teluk Sampit dan Pulau Hanaut aman-aman saja,” ujar Supriadi.

Menyikapi kelangkaan pupuk tersebut, menurutnya, terpaksa petani padi menggunakan garam kiloan ditaburkan ke lahan pertanian sebagai pupuk pengganti sementara.

BACA JUGA:   Korban Tenggelam di Sungai Cempaga Desa Luwuk Bunter Belum Ditemukan, Lokasi Pencariannya Cukup Sulit

“Kalau kelangkaan pupuk tidak bisa diatasi oleh Pemkab Kotim, tanam padi Asep nantinya kemungkinan besar tidak akan berhasil,” tegasnya.

Langkanya pupuk bersubsidi dibenarkan Kepala Desa Handil Sohor Muhammad Yusuf. Menurutnya, hasil panen hortikultura turun drastis.

“Iya, dampaknya kelangkaan pupuk hasil panen sayur mayur terutama di trans Handil Sohor turun, biasanya 4 ton berkurang menjadi 2,5 ton per tiga bulan,” katanya. (Ifin/beritasampit.co.id).