Jelang Ramadan, Pengemis Musiman Masuk di Sampit

Kepala Dinsos Kotim, Rusmiati

SAMPIT – Terlalu pengasih dan senang memberi kepada para pengemis oleh masyarakat, membuat Kota Sampit menjadi sasaran yang menguntungkan bagi para gelandangan dan pengemis (Gepeng) musiman, terlebih mendekati bulan suci ramadan.

Kedatangan para Gepeng itu ke Sampit, tidak menutup kemungkinan mereka telah terorganisir, mengingat pekerjaan pengemis sudah menjadi profesi. Hal ini yang mungkin dimanfaatkan oknum-oknum tertentu mengendalikan para pengemis musiman itu.

“Kemunculan pengemis musiman di bulan ramadan tidak menutup kemungkinan dimanfaatkan orang-orang tertentu untuk mengkoordinir para pengemis itu, dengan diturunkan pada suatu tempat dan di pantau dari jarak jauh menjaga keamanan para pengemisnya agar luput dari penertiban petugas,” kata Kepala Dinas Sosial Kotim, Rusmiati, Rabu 7 April 2021.

Apalagi jadi pengemis tidak perlu bersusah payah bekerja keras, cukup dengan meminta belas kasihan orang, mereka dengan mudah mendapatkan rupiah.

Bahkan, berbagai modus baru mulai dilakukan para gepeng, salah satunya berdalih menjadi pengamen jalanan, dari anak-anak hingga remaja. Mereka berkeliling dari rumah makan sampai diperempatan lampu merah di Kota Sampit.

Mengantisipasi hal tersebut, Dinsos Kotim, mengimbau pada seluruh masyarakat Kotim, khususnya di Kota Sampit agar tidak mudah tertipu dengan penampilan para pengemis sehingga dengan mudah memberikan uang, padahal dari fisiknya pengemis tersebut masih mampu untuk bekerja.

“Untuk menertibkan gepeng bukan hanya tugas pemerintah, namun juga peran masyarakat sangat penting membantu, seperti tidak membiasakan memberi langsung uang ke pada pengemis,” tegasnya.

Salah satu bentuk berpartisipasi tinggi untuk tidak mengundang para pengemis ke Kota Sampit ini, yakni jika ingin berbagi atau lebih baik menyalurkannya kepada organisasi sosial yang resmi serta yayasan berbentuk sosial seperti panti asuhan.

“Kami pernah membina gepeng dari luar daerah yang beroperasi di Sampit, dari pengakuannya tidak pernah mendapatkan uang receh, masyarakat Sampit memberi sedekah cukup besar. Jika satu orang saja bisa memberi Rp1.000 hingga Rp5.000 rupiah, dikalikan dengan puluhan orang yang memberi mereka, penghasilan para pengemis tersebut hampir sama dengan tenaga kerja di luar negeri,”paparnya.

Untuk mempersempit ruang gerak para pengemis sehingga tidak ada lagi pengemis dadakan yang datang, Dinsos bersama Satpol PP Kotim, maupun instansi terkait lainnya tetap berkoordinasi untuk bersama-sama melakukan pengawasan pada titik-titik tertentu yang memang menjadi wadah para pengemis.

”Dengan memperketat penjagaan di tempat biasa mereka mangkal, pastinya akan mempersempit gerak mereka. Kami dari Dinsos berleran sebagai pembina, yang menindak dilapangan tetap Satpol PP,” tandasnya.

(Cha/beritasampit.co.id)