3.500 Hektare Lahan Terendam Banjir, Petani Desa Lampuyang Merugi Miliaran Rupiah

ILHAM/BERITA SAMPIT - Ribuan Hektare Padi yang siap panen ini tidak bisa lagi dipanen petani Desa Lempuyang, lantaran telah busuk akibat terendam banjir.

SAMPIT – Gagal panen akibat banjir yang menggenang hampir 3.500 hektare lahan pertanian di Desa Lempuyang, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawarigin Timur (Kotim), membuat para petani merugi hingga mencapai miliaran rupiah.

“Akibat terendam banjir, maka petani tidak bisa memanen padi tersebut. Jika rata-rata dalam 1 hektare lahan pertanian itu mampu panen sekitar 3-4 ton per Ha, kita bayangkan saja berapa kerugian petani jika 3.500 Ha gagal panen. Kalau dihitung-hitung kerugian yang dialami para petani kita mencapai sekitar Rp. 5 miliar,” kata Kepala Desa Lempuyang Muksin, Senin 24 Mei 2021.

Untuk luas lahan pertanian di Desa Lempuyang mencapai 7.500 Ha, dan pada tahap pertama berhasil dipanen sekitar 4.000 Ha, sedangkan dipanen kedua tidak bisa dilakukan panen lantaran 3.500 Ha telah tergenang banjir sejak hari pertama lebaran idul fitri lalu.

Muksin juga bersyukur, Bupati Kotim, Halikinnor dengan cepat menanggapi permasalahan tersebut dengan mengintruksikan instansi terkait serta pihaknya untuk secepatnya membenahi saluran primer dan sekunder yang ada di lahan pertanian tersebut.

BACA JUGA:   Lapak Pengepul CPO Ilegal di Sampit Menjamur, Disinyalir Terima Penggelapan

“Tanpa adanya saluran yang ada di wilayah pertanian, maka tidak akan lancar untuk pembuangan air. Tadi kami meminta langsung kepada Pak Bupati Kotim, ada 3 titik sungai harus direhap total yakni sungai belibi, sungai bujur dan sungai kempeng,” paparnya.

ILHAM/BERITA SAMPIT – Bupati Kotim, saat berdialog dengan petani Desa Lempuyang, Senin 24 Mei 2021.

Alasan sungai tersebut harus direhap, karena dari tahun 2006 hingga 2021 ini ketiga sungai itu belum pernah diperbaiki dan telah tertutup,  akibatnya jalur pembungan air tidak lancar.

Ditambahkannya, saat ini ada kegiatan pengerukan di wilayah atas kawasan pertanian kurang lebih 40 Km, yakni rehabilitasi saluran yang dilakukan Dinas PUPR Provinsi Kalimantan Tengah, akibat muaranya tertutup maka menjadi penyebab banjir di wilayah pertanian di Desa Lempuyang tersebut.

BACA JUGA:   Pemkab Kotim Imbau Warga Pastikan Harta Aman Sebelum Berangkat Ibadah

“Padi yang terendam tidak bisa dipanen karena sudah busuk. Sebab jika padi terendam selama 2 malam maka tidak bisa lagi dipanen,” ucapnya.

Banjir yang melanda kawasan pertanian di Desa Lempuyang ini pernah terjadi pada tahun 2013 lalu, dan di tahun 2021 ini kembali terulang karena turut bersamaan dengan pasang tunggal yang terjadi sekitar 10 tahun sekali.

“Dulu saluran primer dan sekunder kita lancar jadi pertanian kita lancar. Namun dari tahun 2013 sampai saat ini karena ada drainase primer dan sekunder kita tertutup, maka akibatnya terjadilah banjir saat ini, dan hasil pertanian kita juga per setiap tahunnya juga menurun drastis,” terangnya

“Seharusnya ini memasuki masa tanam kedua ditahun 2021 ini, namun akibat banjir jadi petani belum bisa menanam kembali padi mereka,” demikian Muksin. (Cha/beritasampit.co.id).