Antara Prestasi dan Politik Sensasi Lagi Ngetren Saat Ini

Muhammad Gumarang, Pengamat Sosial Politik dan Kebijakan Publik.(ft.pri)

Oleh : Muhammad Gumarang

Akhir-akhir ini sering kita temui fenomena yang tak lajim dilakukan dan diperlihatkan oleh beberapa kepala daerah. Dalam melakukan tugasnya sebagai pimpinan daerah, mereka sering mencuri perhatian publik dan terkadang menimbulkan hingar bingar.

Penulis mencoba mencontohkan fenomena tersebut yang bisa kita lihat dan kita temui dari gaya kepemimpinan mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani. Berbeda pula dengan gaya kepemimpinan Bupati Bolaang Mongondoow Timur (Boltim) Sehan Salim Landjar yang pernah marah kepada Menteri Kesejahteraan Sosial terkait masalah BLT yang dinilainya berbelit belit dan menyusahkan masyarakat.

Dari fenomena itu, membuat banyak kepala daerah terobsesi kepemipinan Mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani yang terkenal dengan melakukan inspeksi mendadak (sidak).

Gaya komunikasinya yang menimbulkan hingar bingar itu membuat para jurnalis menjadikannya sebagai obyek atau bahan berita yang bernilai tinggi dari prespektif pemberitaan. Hal inilah membuat Tri Rismaharani semakin terkenal se Indonesia walaupun hanya sebatas seorang walikota dan sekarang Meteri Kesejahteraan Sosial.

Tren gaya kepemimpinan kepala daerah saat melakukan sidak yang diwarnai dengan komunikasi yang membuat hingar bingar ini juga tentu menjadi perhatian para pemburu berita.

BACA JUGA:   Baru Dua Bulan Bertugas, Jumlah Kegiatan Kapolres Kobar AKBP Yusfandi Usman Mencapai Record Tertinggi

Para jurnalis yang haus dengan berita pastinya tidak akan melewatkan sekedip pun atas kejadian tersebut lepas dari liputannya. Mungkin saja para jurnalis beranggapan fenomena itu dipandang kejadian langka yang berdemensi tidak semua orang memahami hakikat permasalahannya, karena yang terlihat hanya permukaannya saja.

Inilah yang menurut penulis, dinamakan mencuri perhatian publik.

Publik yang sedang terlelap tidur, tiba-tiba tersentak bangun mendengar berita menggembirakan, sebab yang selama ini dinanti-nanti seakan telah terjawab.

Kejadian atau sikap kepala daerah seperti itu memang sulit bagi masyarakat awam untuk membedakan, apakah tindakan tersebut Prestasi atau Politik Sensasi.

Menurut penulis ini bisa dianalisa. Untuk seorang analisis atau mereka yang mempunyai kemampuan menganalisa, kejadian terlihat baru pada permukaan saja. Masyarakat tentu akan mengetahui hakikat sebenarnya setelah tahu bagaimana kelanjutannya dan akhir dari cerita tersebut. Setelah tahu akhir dari cerita tersebut masyarakat bisa saja tersentak, kaget, atau kecewa, merasa tertipu bahkan marah, bercampur aduk didalam hati.

Menurut pendapat penulis, untuk mengetahui sikap dan tindakan yang membedakan apakah prestasi atau sensasi politik, maka perlu dilihat unsur kualitas tindakan, komunikasi dan apakah sudah memenuhi aturan, memiliki kecukupan kompetensi, melibatkan semua pemangku kepentingan terhadap obyek tersebut serta melibatkan pihak penegak hukum.

BACA JUGA:   Bukan Hanya Ada  di Cirebon, Musik Obrog-Obrog Pembangun Sahur Ternyata Juga Ada di Kota Kumai, Kotawaringin Barat

Misalnya, dalam suatu penindakan ada mengandung unsur kejahatan atau tindak pidana, maka perlu melibatkan pihak kepolisian atau polisi militer (bila dipandang perlu) dan/atau tindakan yang dijalankan berisiko tinggi terhadap keamanan kepala daerah yang melakukan sidak. Ini yang berkaitan dengan tindakan terhadap sesuatu yang diduga kejahatan atau pelanggar hukum.

Sebab, resikonya apabila tidak melibatkan pihak kepolisian saat kepala daerah melakukan sidak yang berkaitan diduga adanya kejahatan yang sudah masuk ranah polisi, tidak menutup kemungkinan nantinya pihak kepolisian akan sulit menemukan barang bukti dan tersangka.

Hal tersebut cukup beralasan, jika pihak kepolisian tidak memprosesnya secara hokum, karena tidak cukup bukti dan masalah atau kasusnya tak berujung dan tak bertepi.

Hal ini harus menjadi pertanyaan dalam benak publik yang cerdas. Apakah kejadian yang dilakukan tersebut merupakan fakta, atau ada dusta diantara kita, atau antara prestasi dan politik sensasi.

(Penulis : Pengamat Sosial Politik)