Legislator Ini Menilai Stiker Isolasi Mandiri di Rumah Pasien Covid-19 Ganggu Psikologis

IST/BERITA SAMPIT - Anggota DPRD Kota Palangka Raya, Noorkhalis Ridha.

PALANGKA RAYA – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Palangka Raya, Noorkhalis Ridha menanggapi terkait adanya pemasangan atau ditempeli Stiker Isolasi Mandiri (Isoman) pada rumah pasien Covid-19 yang dilakukan oleh Tim Satuan Tugas (Satgas) Covid-19.

Menurut dia, ada beberapa hal yang kiranya penting untuk menjadi fokus Pemerintah saat diberlakukannya PPKM tersebut. Seharusnya tidak hanya fokus pada pembatasan arus dan aktifitas masyarakat saja, akan tetapi, harus juga fokus dalam penanganan, pelayanan khususnya pasien-pasien positif, dimana yang sedang melaksanakan isolasi terutama yang mandiri.

“Saya mendapati banyak pengaduan perihal penanganan dan pelayanan pasien isolasi mandiri, khususnya di Palangka Raya. Saya berharap bahwa pihak Pemerintah khususnya yang menjadi leading sektor penanganan pasien Covid-19, memiliki data khususnya untuk pasien-pasien yang melakukan isolasi mandiri. Sehingga dalam rangka pemantauan dan pelayanan dapat mudah dilakukan,” jelas Noorkhalis Ridha dalam keterangan tertulisnya, Jumat 16 Juli 2021.

Politikus Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga mengatakan, dalam rangka pemantauan apalagi melakukan kunjungan ke rumah pasien, sebaiknya tidak perlu membawa personel rombongan banyak-banyak. Kata dia, hal tersebut malah terkesan menggeruduk dan memberikan dampak psikologis kepada pasien maupun keluarganya.

Hal ini, menurut Noorkhalis Ridha, harus menjadi bahan pertimbangan juga untuk pihak terkait ketika melakukan kunjungan atau pemantauan. Jadi, cukup saja tiga atau empat orang saja yang terdiri dari Tenaga Kesehatan (Nakes), aparat setempat dan petugas PPKM mikro. Selanjutnya, ketika melakukan pemantauan, tidak perlu  rumah pasien yang melakukan Isolasi Mandiri itu ditempeli dengan stiker Isoman.

BACA JUGA:   Subsidi Ongkos Angkut Distribusi Beras Diharapkan Bisa Tekan Kenaikan Harga

“Saya tidak mengerti maksudnya untuk apa, apa tidak dipikir psikologis si pasien dan keluarganya dengan stiker itu, khususnya penerimaan tetangga dan masyarakat sekitar. Jangan sampai dengan stiker tersebut, malah menjadi trigger keributan di masyarakat atau menjadi ‘Sinisme’ tetangga terhadap pasien dan keluarganya. Jadi sebaiknya tidak perlu lah tempel-tempel stiker itu, kalau mau menandakan rumah tersebut, lebih baik pemantauan dan pelayanan kesehatannya yang ditingkatkan,” tuturnya.

Selain itu, Anggota Komisi A DPRD Kota Palangka Raya ini juga menjelaskan, bahwa penting kiranya, Pemkot memiliki tim tersendiri, khusus untuk menangani, pemantauan pasien Isoman. “Entah bisa langsung di handle instansi terkait, atau diserahkan ke pihak ketiga. Kenapa ini penting?. Karena tidak semua pasien Isoman ini dilengkapi dengan pengetahuan tentang isolasi mandiri ataupun dilengkapi dengan peralatan standar Isoman,” katanya.

Alat itu, mulai dari alat pengecek suhu tubuh, pengecek tensi darah dan alat pengecek saturasi oksigen dalam darah. Alat-alat tersebut seharusnya dimiliki oleh setiap pasien Isoman. Sehingga inilah tugas tim khusus dalam melakukan pemantauan serta pengecekan untuk  mengunjungi secara langsung ataupun via telepon, yang jelas ada perhatian dan pemantauan yang berkala terhadap pasien isolasi mandiri tersebut.

BACA JUGA:   Subsidi Ongkos Angkut Distribusi Beras Diharapkan Bisa Tekan Kenaikan Harga

“Saya hanya berharap, jangan sampai kita kecolongan dengan pasien isolasi mandiri tersebut, karena kurangnya pemantauan kita. Tidak hanya pemerintah atau instansi terkait, kita sebagai warga masyarakat juga harus untuk memantau tetangga dan warga kita yang melakukan Isoman. Jangan kita kucilkan, tapi justru kita bantu dan berikan semangat baik secara moril dan materiil. Karena bagi pasien isoman, dukungan dan support merupakan penyemangat dalam meningkatkan imun dan kesembuhan. Apalagi ketika pasien Isoman itu sendirian, melakukan Isoman, tidak ada siapa-siapa, ataupun tidak ada keluarga,” ujar Noorkhalis Ridha.

Bahkan menurut dia, bahwasanya di Palangka Raya sudah kecolongan sekali, jangan sampai ini terjadi lagi. Pemkot dan instansi terkait yang jemput bola, jangan menunggu pasien yang menghubungi. Data pasien sudah dipegang dengan itu lakukan pemantauan.

“Jangan sampai kita sibuk berdebat mengurus pembatasan arus dan aktivitas masyarakat, tapi lupa, ternyata tetangga, keluarga, warga kita sedang isolasi mandiri dan membutuhkan dukungan dan perhatian kita bersama,” tutup Noorkhalis Ridha. (M.Slh/beritasampit.co.id).