Sejumlah Wilayah di Kalteng Mengalami Kemarau Mundur

HARDI/BERITA SAMPIT - Prakirawan Cuaca BMKG Palangka Raya Alfandy.

PALANGKA RAYA – Kondisi iklim di Kalimantan Tengah, khususnya Kota Palangka Raya cenderung dinamis. Hal itu terjadi karena unsur cuaca yang dipengaruhi faktor lokal maupun global.

Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palangka Raya Alfandy menjelaskan, untuk faktor global dipengaruhi oleh suhu muka laut yang biasanya. Biasanya suhu muka laut di musim kemarau dingin dengan suhu dibawah 30 derajat celcius.

“Untuk bulan ini suhu muka laut menjadi hangat dengan suhu 31 sampai 32 derajat celcius, sehingga dengan suhu tersebut menciptakan uap air, dari uap air tersebut tercipta awan, dan awan ini yang akan menjadi faktor terjadinya hujan,” jelas Alfandy di Kantor BMKG Palangka Raya, Rabu 25 Agustus 2021.

BACA JUGA:   20.379 Jiwa Terdampak Banjir di Kota Palangka Raya

Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi cuaca, yaitu ekuatorial di Kalteng sendiri. Di beberapa wilayah akan mengalami mundurnya musim kemarau yang diprediksi akan terjadi pada bulan September seperti Kabupaten Kotawaringin Timur wilayah utara dan barat di Kalteng, seperti Kabupaten Murung Raya, Katingan Bagian Utara, Kabupaten Lamandau, Seruyan dan Kotawaringin Barat.

“Di wilayah yang mengalami kemarau mundur tersebut ada potensi mengalami hujan hingga akhir Agustus,” ujar Alfandy.

Dia mengimbau, meskipun wilayah Kalteng sudah masuk musim kemarau, akan tetapi potensi hujan sedang hingga lebat disertai dengan angin kencang, dan petir seperti di wilayah Utara, Barat dan Tengah Kalteng. Sehingga masyarakat diminta untuk selalu waspada akan terjadinya fenomena atau cuaca ekstrim.

BACA JUGA:   Himpunan Mahasiswa dan Pelajar Kalteng Malang Raya Dikukuhkan

“Kami juga mengimbau terkait kebakaran hutan dan lahan (karhutla), berdasarkan pantauan kami dari beberapa hari ini meskipun ada hujan di wilayah tersebut, akan tetapi di wilayah Kalimantan Tengah seperti Barito Utara dan Pulang Pisau bagian selatan ada beberapa titik hotspot yang perlu diwaspadai,” ungkapnya.

“Sehingga dalam hal ini kami mengimbau tentang potensi waspada banjir, dan jangan membuka lahan dengan cara membakar hutan,” tegasnya. (Hardi/beritasampit.co.id).