BNPB Meminta Pemerintah Daerah Waspadai Wilayah Dengan Pengulangan Bencana

Tangkapan layar kejadian bencana hidrometeorologi di bulan Agustus 2021 dalam konferensi pers daring Tim Intelijen Penanggulangan Bencana yang dipantau dari Jakarta, Jumat 3 September 2021. ANTARA/Devi Nindy

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta pemerintah daerah (pemda) untuk mewaspadai wilayah setempat yang mengalami pengulangan bencana hidrometeorologi.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, meminta Pemda memperhatikan komponen kesiapsiagaan untuk mengurangi jumlah korban luka dan penduduk yang terdampak bencana.

“Kalau sering mengalami pengulangan di Kabupaten/Kota yang sama, berarti kesiapsiagaan harus diperkuat,” ujar Abdul Muhari dalam konferensi pers daring Tim Inteljen Penanggulangan Bencana yang dipantau dari Jakarta, Jumat 3 September 2021.

Abdul mengatakan Provinsi Jawa Barat termasuk wilayah yang mesti mendapat perhatian khusus, sebab berdasarkan data yang dihimpun dalam satu waktu, provinsi tersebut mengalami bencana banjir, tanah longsor dan cuaca ekstrem dalam waktu bersamaan.

Ia mencontohkan wilayah Kabupaten Bogor yang dalam lima tahun terakhir, terjadi bencana hidrometeorologi yang beragam yakni banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor serta terjadi pengulangan.

“Bogor yang hotspot kejadiannya selalu ada di sana. Artinya ada aspek kesiapsiagaan yang belum optimal,” ujar dia.

Abdul juga mengatakan wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, juga mengalami kejadian sama dan berulang seperti halnya Bogor.

Selain itu, Abdul juga mencatat sejumlah provinsi di Indonesia mengalami dua bencana hidrometeorologi basah dan kering dalam satu waktu yang bersamaan.

Misalnya temuan pada bulan Juni, Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan mengalami banjir dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“Di waktu yang sama, dua provinsi tersebut mengalami banjir dan kebakaran hutan,” ujar Abdul.

Sementara itu Abdul mengatakan kejadian bencana hidrometeorologi basah di bulan Juli-Agustus sering terjadi di wilayah yang menjadi perhatian saat ini yakni Provinsi Aceh, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.

Untuk itu, Abdul meminta upaya mitigasi pemerintah daerah untuk mengubah early warning menjadi early action guna mengurangi korban jiwa.

“Pemda harus siap siaga mitigasi seperti susur sungai, pangkas ranting pohon, penghijauan. Ada saat kontinjensi, perlu informasi lebih detil seperti kapan dan berapa lama, ini perlu kita pertajam  early warning cuaca terkait potensi banjir, longsor dan puting beliung,” ujar dia.

(Antara)