Konflik Poso Menyisakan Duka, Kiai Adnan: Kami Bergerak Melunturkan Stigma Negatif

BIMA – Konflik berdarah di Poso, Sulawesi Tengah sudah menjadi catatan kelam Bangsa Indonesia. Konflik tersebut hanya mendatangkan luka dan kepedihan bagi perjalanan bangsa dan negara ini, sejatinya harus dipetik sebagai pelajaran berharga agar tidak ada lagi cerita-cerita pilu di masa mendatang.

Tokoh Muslim Poso KH. Muhammad Adnan Arsal langsung bergerak melunturkan stigma negatif yang sudah melekat pada Poso. Akibat konflik tersebut, stigma negatif Poso sebagai daerah konflik yang berbahaya sudah terlanjur melekat dibenak masyarakat, khususnya di daerah lain.

Kiai Adnan Arsal Panglima Damai Poso tersebut kini hadir di Bima untuk berbagi kisah tentang konflik panjang dan berdarah di sana.

“Saya tiba di Bima, seperti kampung saya sendiri. Saya juga bertemu dengan orang-orang Bima yang dulu pernah di Poso, pertemuan yang sangat mengharukan,” ungkap Kiai Adnan kepada wartawan saat silaturrahmi di Hotel Marina Inn Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Jumat 17 September 2021.

Selain Panglima Damai Konflik Poso, KH. Muhammad Adnan Arsal juga adalah Penasihat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Poso.
Di Bima bakal menggelar bedah buku yang berjudul ”Muhammad Adnan Arsal Panglima Damai Poso”. Dalam buku tersebut menceritakan bagaimana situasi Poso sebelum konflik, dari awal konflik hingga pertumpahan darah.

Dia menegaskan, tidak ada hal positif yang dapat dipetik dari konflik berdarah di ‘Bumi Sintowo Maroso’ itu. Untuk itu dalam menyelesaikan konflik dialog harus terus didorong, tidak hanya ditingkat tokoh, namun juga hingga ke bawah.

Lewat acara bedah buku tersebut, Kiai Adnan berharap publik Indonesia secara keseluruhan dapat memahami, bahwa kini Poso sudah menjadi daerah yang asri dan aman. “Bumi Sintuwu Maroso itu asri, sangat menarik untuk dikunjungi bahkan ditinggali,” ujar Dia.

Di tempat yang sama, Pengurus Ponpes Al Madinah Ustaz Bunyamin, S.Pd mengatakan,  santri-santri dari Ponpes Al Madinah diketahui sempat datang ke Poso di masa-masa konflik, padahal tidak ada anjuran atau perintah untuk datang ke Poso dari Ponpes.

“Kami tidak pernah meminta para santri untuk berangkat ke Poso, itu semua inisiatif mereka karena termakan hasutan dari pihak yang ingin Poso menjadi wilayah konflik berkepanjangan,” ungkapnya.

Menurut Ustaz Bunyamin, Ponpes Al Madinah tidak hadir untuk memproduksi para teroris, apalagi memusuhi negara. Baginya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati.

Bunyamin juga mengaku sangat senang dengan kehadiran KH. Muhammad Adnan Arsal. Tidak disangkanya, harapannya agar sosok Panglima Poso ini bisa hadir di Bima dapat terwujud.

Sementara itu, Wakil Bupati Bima Drs. H. Dahlan M. Noer dijadwalkan hadir untuk menjadi keynote speaker. Selain Wakil Bupati, acara tersebut juga akan diisi oleh Ketua MUI Bima Abdurrahim Haris, Penulis Buku Khoirul Anam, Perwakilan dari MUI Pusat Najih Aromdloni,

Khoirul Anam mengatakan, sosok dalam buku yang ditulisnya telah dianggapnya sebagai orang tua sendiri. Dilihatnya ada keteladanan seorang pemimpin dalam mengayomi dan menginginkan kedamaian untuk Poso.

Diungkap Dia, sejak awal diterbitkannya buku tersebut sudah merencanakan untuk bedah buku di Bima, karena banyak masyarakat Bima yang sebelumnya ikut berjuang bersama ketika konflik di Poso.

Selain itu, kata Anam, bedah buku ini untuk berbagi pesan tentang konflik yang hanya memunculkan kesengsaraan, juga pentingnya ketegasan Pemerintah dan aparat dalam meredam akar konflik. (Nain/beritasampit.co.id).