Rumah Membesarkan Anak dan Cucu Sudah Jadi Arang, Guru Atus Tahan Tangis

JADI ARANG : ARIFIN/BERITA SAMPIT - Rumah milik guru Atus di Bagandung, Kelurahan Samuda Kota, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kotim, Kalteng, yang tersisa hanya puing-puing sisa kebakaran.

Penulis: Arifin (Wartawan beritasampit.co.id)

SEBUAH bangunan berkonstruksi kayu sejak 2017 sudah tidak ditempati oleh Halimatus Sadiah, guru di salah satu sekolah dasar di Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Namun, rumah itu punya histori bagi keluarganya.

Rumah Halimatus Sadiah itu terletak di lingkungan RT 01/RW 01 Jalan H. Muhammad Noor, Kelurahan Samuda Kota, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS). Nahasnya pada Kamis, 14 Oktober 2021 sekitar pukul 15.30 WIB, rumah itupun menjadi arang dan telah menyisakan puing-puing kenangan masa lalu.

Kabar duka terbakar rumahnya itu, telah membuat Halimatus Sadiah atau biasa disapa Guru Atus sedikit syok. Matanya terlihat berbinar dan menahan tangis ketika dirinya memandang rumah yang dulunya sebagai tempat membesarkan anak-anaknya, hingga memaksa dirinya pindah rumah karena tuntutan kerja untuk mencerdaskan anak bangsa.

“Setiap idul fitri, di rumah itulah kami berkumpul bersama anak, cucu dan mantu. Kini, rumah itu sudah jadi arang,” ucap guru Atus saat menceritakan kenangannya seraya memandang sisa-sisa puing bangunan rumah yang telah hangus terbakar.

Guru Atus menceritakan, rumah itu awalnya diserahkan kepada keluarga untuk dijaga dan dirawat karena dia mengajar di sekolah dasar di Desa Lampuyang dan sekaligus menetap di kampung Seranggas.

Tugas keluarga itu hanya untuk mengontrol keadaan rumah, apabila malam tiba lampu rumah dinyalakan dan paginya sudah dimatikan.

Setelah ditinggal selama kurang lebih 5 tahun mulai 2017-2021, rumah guru Atus itupun telah dilalap si jago merah bersama gedung walet miliknya, bahkan rumah tetangganya Hj. Antung Siti Rahmah tidak luput dari amukan api yang begitu cepat membumi hanguskan rumah berkonstruksi kayu itu.

Sebelum kejadian, cuaca pada saat itu hujan kemudian terdengar bunyi petir menggelegar. petir itu diduga telah menyambar rumah kosong milik guru Atus yang terletak di pinggiran sungai Mentaya di dekat Kelurahan Samuda Kota.

Beberapa menit kemudian, warga yang kebetulan melintas kaget melihat ada kepulan asap hitam dan kobaran api muncul dari belakang rumah kosong itu.

Warga pun berupaya membantu menggunakan peralatan seadanya, dibantu dua unit pompa milik warga dan 1 unit pemadam dari kelurahan dikerahkan memadamkan kobaran api.

“Kemungkinan, kebakaran itu bermula dari rumah kosong karena sudah lama ditinggal pemiliknya dan hanya dijaga oleh keluarganya untuk menyalakan lampu waktu malam dan mematikannya saat pagi,” ujar Rafiin, Ketua RT 01 Kelurahan Samuda Kota.

Rafiin menjelaskan, kobaran api dari rumah kosong itupun merembet ke bangunan gedung walet yang ada di belakang. Hanya hitungan menit, kobaran api itu menjalar ke rumah sebelah kirinya yang juga dari bangunan kayu.

Warga kelurahan dan warga desa lainnya berdatangan, termasuk dari pihak anggota Polsek Jaya Karya dan Koramil 1015-06/Mentaya Hilir membantu menjinakkan si jago merah.

“Sekitar setengah jam kobaran api berhasilkan dijinakkan bersama-sama,” tutur Anang pegawai kelurahan sambil menyeka keringatnya usai berjibaku memadamkan kobaran api.

Kerugian diperkirakan akibat kebakaran itu mencapai ratusan juta rupiah. Sedangkan faktor terjadinya kebakaran masih dalam penanganan pihak kepolisian setempat. (***)