Kemenpora: Indonesia Peringkat Terbawah Dunia Malas Berjalan

Asisten Deputi Pengelolaan Olahraga Pendidikan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Ary Moelyadi (kanan) dalam webinar bertajuk “PJOK dalam Pembelajaran Paradigma Baru” yang diikuti di Jakarta, Rabu 27 Oktober 2021.//ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti;

JAKARTA – Asisten Deputi Pengelolaan Olahraga Pendidikan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Ary Moelyadi, mengatakan, Indonesia menempati peringkat terbawah dunia malas berjalan.

“Makanya saya katakan tadi, setiap hari harus berjalan 7.000 langkah. Hasil dari yang kita lihat bahwa rata-rata penduduk Indonesia itu langkahnya hanya 3.513 langkah per hari,” kata Ary dalam webinar bertajuk “PJOK dalam Pembelajaran Paradigma Baru” yang diikuti di Jakarta, Rabu 27 Oktober 2021.

Peringkat tersebut didapat Indonesia karena rata-rata langkah yang dilakukan oleh masyarakat hanya sebesar 3.513 per hari.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh pihaknya, hal tersebut dibuktikan dengan hanya 24 persen masyarakat Indonesia yang dinyatakan bugar. Sedangkan untuk angka partisipasi olahraga yang dilakukan oleh masyarakat baru mencapai 34 persen.

Akibatnya, satu dari empat penduduk dewasa mengalami obesitas. Selain itu, penyakit non-menular atau degeneratif seperti jantung, diabetes, osteoporosis yang diderita oleh masyarakat juga mengalami peningkatan karena kurang menggerakkan tubuh.

Kurangnya gerak pada tubuh masyarakat juga terbukti dengan adanya 8,56 persen penyandang disabilitas, namun pembinaan olahraga baru terdapat di Surakarta. Sehingga sebagian besar penduduk disabilitas belum bisa mendapatkan hak untuk berolahraga.

“Kita tidak mendikotomikan. Presiden juga mengatakan kita tidak boleh membedakan antara yang normal dan yang difabel, semuanya harus sama. Tidak boleh membedakan,” kata dia.

Sedangkan untuk ruang publik untuk berolahraga yang dimiliki oleh Tanah Air, dia menyebutkan hanya terdapat 24 persen atau sebanyak 20.138 unit dari 83.931 desa atau kelurahan yang ada di seluruh Indonesia.

Menurut Ary, kurangnya aktivitas dan fasilitas olahraga itu, juga memberikan dampak pada kualitas kebugaran jasmani pada remaja di Indonesia. Dia menyebutkan hanya 2,1 persen pelajar yang masuk dalam kategori sangat aktif, sedangkan pelajar bugar pada kategori baik sekali hanya mencapai 0,14 persen.

Rendahnya angka kebugaran tubuh pada pelajar itu, disebabkan karena seluruh cara belajar maupun bekerja dan gaya hidup yang diterapkan oleh para pelajar, 90 persen tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan gawai.

Melihat angka kebugaran masyarakat serta minimnya fasilitas dan memprihatinkan, dia mengatakan masyarakat perlu membiasakan diri setidaknya berjalan di dalam ruangan selama 45 menit hingga satu jam supaya kebugaran tubuh tidak berkurang walaupun pandemi COVID-19 sedang terjadi.

“Badan kita harus tetap igerakkan. Badan kita harus tetap sehat, badan kita harus tetap bugar. Di manapun dan kapanpun itu, apapun,” kata Ary.

(Antara)