Selain untuk Solusi Sampah, Ternyata Budidaya Magot Sangat Bermanfaat

HARDI/BERITA SAMPIT - Dosen Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya, Asi Pebriana Cicilia.

PALANGKA RAYA – Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya kini sedang mengembangkan budidaya Magot. Rumah budidaya ini juga telah diresmikan, bahkan diapresiasi Agustin Teras Narang.

Magot bisa di budidaya dengan sampah rumah tangga, dan merupakan pakan perikanan dan peternakan. Magot merupakan salah satu inovasi solusi yang bisa direkomendasikan kepada Pemerintah untuk menangani masalah sampah di perkotaan.

Dosen Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya, Asi Pebriana Cicilia menjelaskan, magot itu merupakan larva dari seekor lalat tentara hitam, semua tubuhnya berwarna hitam. Magot mampu mengurai sampah organik sekitar 10 sampai 15 kilogram dalam sehari dari satu gram telur.

BACA JUGA:   Kian Mesra, Apakah Pertanda Ketum PBSI Kota Bakal Dampingi Fairid Naparin di Pilwilkot Palangka Raya?

“Magot ini bisa diaplikasikan buat pakan ternak dan perikanan serta untuk kotoran magot itu sendiri sangat bagus untuk lahan pertanian,” ucapnya di lokasi magang Mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya, Sabtu 13 November 2021.

Sehingga magot ini memiliki sirkular ekonomi yang berkaitan dengan perikanan, peternakan, dan pertanian. Nilai jual magot kalau dalam posisi segar bisa dengan kisaran harga Rp. 5.000 sampai Rp. 7.000 per kilogram, di bawah harga pelet. Harga magot kering berada di kisaran harga Rp. 80.000 per kilogram.

BACA JUGA:   Partai Demokrat Mampu Mempertahankan Waket di DPRD Provinsi Kalteng

Selain itu, magot memiliki manfaat ekonomi lain seperti, minyak dari magot ini sering diburu untuk bahan baku kosmetik, obat-obatan untuk penyembuh luka, sabun wajah, sabun cair dan juga bisa sebagai aroma terapi. (Hardi/beritasampit.co.id).