Panglima Jilah Ingin Adat Budaya Dayak jadi Berkah Bagi Indonesia

AULIA/BERITA SAMPIT - Ketua IJTI Kalteng H Tantawi Jauhari (kiri) Panglima Jilah (kanan)

PALANGKA RAYA – Sosok Panglima Pasukan Merah yang selama ini identik dengan keberaniannya untuk membela Budaya, Harkat dan Martabat Suku Dayak  ternyata memiliki sikap yang santun dan bisa membaur dalam diskusi.

Agustinus Jilah pria kelahiran 1980 asal Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat yang kini dari data terakhir memimpin kurang lebih 280.000 pasukan elit dayak atau pasukan merah yang berada di Kalimantan dan  Tiga Negara serta 40.000 yang ada di Kalteng.

Agustinus dikenal sebagai Panglima Jilah dan pemimpin besar pasukan merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) hadir di acara ” Dialog Budaya dan Tradisi dalam bingkai kearifan lokal untuk menuju kalimantan sebagai tanah berkah Indonesia”

Kegiatan yang digagas oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Kalteng pada Senin 22 November 2021 dikantor IJTI Kalteng Jalan H Ikap Palangka Raya.

BACA JUGA:   April 2024, Penerbangan Perintis Bandara Kuala Pembuang Mulai Beroperasi

Hadir dalam diskusi tersebut selain ketua IJTI Kalteng H Tantawi Jauhari, Ketua PWI Kalteng HM Harris Sadikin,Ketua AJV Kalteng H Hamli Tulis Ketua SMSI Kalteng Sutransyah, jurnalis Tokoh muda Kalteng Ingkit Djaper.

Meski ” Dikeroyok ” pertanyaan oleh awak media terhadap kearifan lokal panglima jilah menjawab dengan apa adanya.

Ketika menjawab pertanyaan dari salah satu wartawan apa upaya panglima jilah untuk mewujudkan Tanah Kalimantan sebagai tanah berkah dirinya menjawab cintailah budaya dayak dengan hati.

“Tidak usah jauh jauh dengan menggunakan gelang hasil dari kerajinan asli dayak atau sendal dari anyaman rotan atau apapun yang bisa dipakai sehari-hari itu sudah menunjukkan identitas dan sebagai bukti kecintaan kita terhadap budaya dayak,” tutur Panglima Jilah. Senin 22 November 2021.

BACA JUGA:   Pemprov Kalteng Buka Pasar Ramadan di Mentaya Hulu

Ia mencontoh Bali yang mampu menunjukan eksistensinya hingga dunia dengan budaya. Padahal pulau bali yang kecil dan tidak memiliki sumber daya alam seperti di tanah kalimantan ini mampu hidup dan dikenal seluruh dunia.

“Mereka Mencintai Alam dan sangat bangga dengan budaya serta kearifan lokalnya, apalagi kalau kita orang dayak yang memiliki puluhan budaya yang berbeda ini tentunya sangat menjual sebagai tujuan wisata,” paparnya.

Sementara itu ketua IJTI Kalteng H Tantawi Jauhari mengatakan dengan adanya diskus kearifan lokal suku dayak semakin dikenal

“Pulau Borneo Khususnya Kalteng memiliki potensi luar biasa untuk budaya,adat dan kearifan lokal, InsyAllah dengan adanya dialog ini akan semakin dieksplor tentunya dengan peran dari media,” pungkas Tantawi.

(aulia mirza/beritasampit.co.id)