Dialog Tentang Covid-19 dengan Seorang Lansia Usia 104 Tahun

Man/BERITA SAMPIT : Dedi Suhendi alias Mbah Jagur .

Oleh : Maman Wiharja

MASA PANDEMI Covid-19, sulit untuk diprediksi kapan bakal menghilangnya dari permukaan bumi yang sudah tua renta ini. Dan saat awal pandemi Covid-19 melanda dunia jangankan di Negara lain, di Indonesia juga masyarakatnya sempat panik.

Tapi bagi Mbah Jagur usia 104 tahun, sejak datangnya virus Corona-19 sekitar awal Maret 2019 ke Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) Kalteng, dia bersama keluarganya biasa-biasa saja tidak pernah memperlihatkan kepanikannya.

Mbah Jagur, nama aslinya Dedi Suhendi lahir pada bulan Januari 1917 di Tasik Malaya Jawa Barat (Jabar).

“Lupa lagi hari dan tanggalnya, dan nanti Januari 2022  usia saya genap 105 tahun. Setelah saya dewasa, dan mengembara sampai ke Kalimantan nama saya diganti menjadi Mbah Jagur”, katanya saat ditemui penulis sedang membakar sampah di sudut Pasar Pelagan Sari Jalan HM.Rafii Pangkalan Bun, Rabu, 15 Desember 2021.

Ketika ditanya penulis tentang virus corona alias Covid-19, Mbah Jagur yang nampak masih sehat bugar, mengatakan dirinya dan keluarganya biasa-biasa saja, karena yang namanya virus ganas sejak dia masih duduk di sekolah rakay (SR), sudah ada.

“ Masih ingat waktu itu saya duduk disekolah rakyat kelas 3 SR, sekarang Sekolah Dasar (SD), oleh orang tua kalau sudah bedug magrib dilarang keluar rumah karena ditakuti ada Jurig Kuris ( Setan Kuris ) “, kata Mbah Jagur, mengawali ceritanya.

Waktu itu tahun 1960 an, anak-anak merasa takut kalau mendengar yang namanya “Jurig Kuris”, (Setan Kuris). Maka pada waktu itu oleh orang tua atas intruksi dari Pak RT, dilarang keluar rumah dan main berkerumun dengan teman-teman. “Sekarang juga, dengan adanya pandemic civid-19 sama kan tidak boleh berkerumun”, ujarnya.

Kemudian setelah ada pengumuman dari Sekolah Rakyat (SR) bahwa anak-anak harus disuntik cacar, akhirnya muncul suara dikalangan anak-anak. Kalau tidak mau disuntuk cacar, nantinya bakal didatangai ‘Jurig Kuris, kalau sekarang mungkin ‘Jurig Corona’.

Maka sejak itulah muncul istilah di suntik “Kuris”. Tapi disuntik kuris/cacar bukan disuntik pakai jarum, tapi di suntinya pakai seperti pena, dan bukan ditusukkan melainkan digoreskan jadi 2 goresan diatas pergelangan tangan”, imbuh Mbah Jagur.

Setelah disuntik kuris (cacar) anak-anak diliburkan sekolahnya, nanti kalau dua goresan di atas pergelangan tangan mengering, anak-anak bisa sekolah lagi. Dan suntik kuris (cacar) diberlakukan kepada semua orang, baik Ibu dan Bapak serta yang lainnya.

Sekarang setelah datang lagi virus bernama corona alias Covid-19, sama juga dengan dulu waktu datanng virus cacar, kita semua harus mematuhi kesehatan, seperti tidak boleh berkerumun dan mandi yang bersih serta makan yang sehat.

“Makanya waktu dulu, anak-anak SR kalau mau sekolah harus membawa ‘Cangkir’ (Semacam Gelas) dan sebelum masuk sekolah antri dulu dibagi Air Susu hangat, agar kita sehat”, ungkapnya. Kalau sekarang yang namanya susu disemua toko waring ada yang jual, kalau dulu di kirim dari Amerika, karena di Kalteng susunya ada gambar tangan bersalaman dan gambar bendera Amerika.

“Jadi Bagaimana Mbah, tentang virus corona atau Covid-19”, tanya penulis. “ Hadapi saja, tidak usah takut, karena alam juga ingin ada perubahan. Dan perubahan itu munculnya dengan berbagai jenis, ada jenis virus yang mematikan seperti saat datang virus penyakit ganas.

Ada pula yang muncul tidak banyak mematikan mahluk hidup/manusia, seperti datang badai angin, hujan dan halilintar, serta gempa bumi.

“Kalau kita beragama Islam, jangan lupa kepada perintah-Nya yaitu melaksanakan kewajiban-Nya, dan doa-doanya, yang dibarengi berobat dan melaksanakan intruksi pemerintah yakni melakukan protokol kesehatan,” terangnya.

Ingat, kata Mbah Jagur, bahwa cobaan kepada manusia tidak begitu ganas, kalau mau ganas, sudah saja diberikiamat besar, selesai.

“Jadi Allah masih adil, saat ini diberi cobaan adanya pandemi Covid-19, yang ternyata oleh kita manusia yang namanya virus covid-19 masih bisa ditangkal, dicegah dengan apa ?. Seperti dianjurkan pemerintah,yaitu dengan meningkatkan disipling protokol kesehatan yang dibarengi dengan keyakinan berdo’a itu saja,” kata Mbah Jagur.

“Bagaimana Mbah, konon sudah datang lagi nama virus corona alias Covid-19 baru jenis ketiga ”, penulis kembali bertanya. “ Hadapi saja, tidak usah gentar, kan kita sudah dianjurkan wajib melaksanakan protokol kesehatan. Ingat kalimat kesehatan itu bisa melindungi semua penyakit.

Jadi apapun namanya virus corona, semuanya sama didalamnya membawa penyakit. Makanya, untuk mencegahnya kita semua tetap harus memanfaatkan protokol kesehatan. Yang wajib dibarengi dengan membaca do’a.

Mbah Jagur, juga mengupas beberapa pengalaman hidupnya tentang berbagai Azab, yang telah dibuktikan melalui perubahan alam.

“Allah SWT, telah banyak memberi azab kepada manusia, melalui berbagai tempat maupun tem[at kecil dan besar, itu semua kalau ditarik kepikiran yang dalam, ternyata azab itu ada sebab musababnya. Mbah tidak akan menceritrakan satu persatunya azab yang diberikan Allah, karena mbah bukan Ustadz. Sekarang mah, mari kita hadapi pandemi covid 19 ini, dengan hati yang iklhas, penuh welas asih disaat melaksanakan protokol kesehatan”, pungkas Mbah Jagur, sambil menyilahkan kepada penulis nyeruput Kopinya. ******

Penulis adalah wartawan-beritasampit.co.id yang berdomisili di Pangkalan Bun.

 

Man/BERITA SAMPIT : Dedi Suhendi alias Mbah Jagur.