Lebih Menular, Ini Penjelasan Dinkes Kalteng Soal Varian Omicron

Hardi/BERITA SAMPIT - Kepala Dinas Kesehatan Kalteng dr Suyuti Syamsul

PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Kesehatan Kalteng dr Suyuti Syamsul menjelaskan, meski memiliki gejala yang ringan, varian Omicron memiliki tingkat penularan lebih tinggi dibandingkan dengan varian lainnya. Senin 27 Desember 2021.

“Untuk gejala hampir mirip, tapi memiliki gejala yang ringan, dan tidak berbahaya, untuk kasus varian Omicron di Indonesia sebagian besar tidak memiliki gejala apa-apa,” ucapnya.

Suyuti menegaskan, menerapkan protokol kesehatan (prokes) dinilai ampuh dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Karena memakai masker merupakan pencegahan paling bagus sampai sekarang.

Selain itu Suyuti juga menjelaskan, untuk vaksinasi di Kalteng untuk dosis 1 sudah mencapai angka 74 persen, dosis 2 hampir sekitar 46 persen, dan itu sudah mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

BACA JUGA:   Bawaslu Kalteng Lakukan Pendampingan Sidang Pemeriksaan Pelanggaran Administratif Pemilu di Kapuas 

Perlu diketahui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus pertama Covid-19 varian omicron di Indonesia pada Kamis 16 Desember 2021 kemaren melalui situs https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20211216/2738991/varian-omicron-terdeteksi-di-indonesia/.

Dirinya mengatakan bahwa penyebaran Omicron terbukti sangat cepat. Di Inggris misalnya dari 10 kasus/hari saat ini sudah mencapai 70.000 kasus/Hari. Jauh lebih tunggi, dari puncak kasus di Indonesia pada bulan Juli di angka 50.000 kasus/hari.

Terkait dengan temuan ini, Menkes Budi mengimbau masyarakat untuk tidak perlu panik, dan tetap tenang. Yang terpenting segera melakukan vaksinasi Covid-19 terutama untuk kelompok rentan dan lansia serta tidak perlu bepergian ke luar negeri jika tidak mendesak, serta terus tegakkan protokol kesehatan 5M, dan memperkuat 3T.

BACA JUGA:   Kadis Kominfosantik Kalteng Bagikan Bantuan untuk Pasar Murah di Kabupaten Barut

“Kedatangan varian baru dari luar negeri yang kita identifikasi di karantina, menunjukkan bahwa sistem pertahanan kita atas kedatangan varian baru cukup baik, perlu kita perkuat. Jadi wajar kalau harus stay 10 hari di karantina. Tujuannya bukan untuk mempersulit orang yang datang, tapi melindungi seluruh masyarakat Indonesia,” ucapnya.

(Hardi/Beritasampit.co.id)