Petani Keluhkan Anjloknya Harga Rotan di Kotim

H Dahlan Ismail, salah seorang pengepul rotan di Sampit saat berada di gudang miliknya, beberapa waktu lalu. ANTARA/Dokumentasi Pribadi

SAMPIT – Petani dan pengepul rotan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengeluhkan anjloknya harga rotan mentah dalam sebulan terakhir. Keadaaan ini berimbas terhadap pendapatan mereka.

“Harga tertinggi bulan November lalu Rp7.000/kilogram. Awal Desember turun menjadi Rp5.500/kg. Akhir Desember anjlok ke harga Rp4.000/kg. Dan kemungkinan terus turun ke harga normal Rp3.500/kg. Ini khusus rotan taman budi daya,” kata pemilik kebun yang juga pengepul rotan di Kecamatan Kota Besi, H Dahlan Ismail, Kamis 30 Desember 2021.

Selama ini petani rotan di Kotim menjual hasil panen dalam bentuk rotan mentah kepada pembeli dari luar daerah. Hal itu lantaran permintaan rotan mentah untuk kerajinan rotan di daerah ini sangat sedikit.

Sektor rotan di daerah ini sempat terpuruk setelah pemerintah memberlakukan larangan ekspor rotan mentah sejak akhir 2011 lalu. Kebijakan itu sangat berdampak karena sebelumnya permintaan rotan dari luar negeri cukup tinggi karena rotan Kotim dinilai sangat berkualitas, bahkan disebut merupakan yang terbaik di dunia.

Akhirnya petani rotan hanya mengandalkan permintaan dari industri rotan dalam negeri yang jauh lebih sedikit dibanding saat ekspor masih diperbolehkan. Sektor rotan mulai bangkit meski tidak seperti semula.

Namun kini, harga komoditas hasil budidaya ini kembali anjlok. Harga jual rotan mentah saat ini membuat petani dan pengepul rotan menjerit dan kembali berada pada posisi sulit.

Dahlan mengatakan, pihaknya selalu pengepul berupaya tetap membeli rotan hasil panen petani dengan harapan harga kembali stabil. Ini sebagai bentuk tanggung jawab moral terhadap petani yang selama ini menjadi mitra mereka.

Namun di sisi lain dirinya juga tidak mungkin menampung rotan mentah dari petani dalam jumlah besar. Jika terlalu lama disimpan maka akan terjadi penyusutan dan kualitas rotan menurun sehingga harga jual nantinya juga bisa merosot.

Jika ini terus terjadi, dikhawatirkan sektor rotan akan kembali terpuruk. Dampaknya akan sangat besar terhadap petani dan pelaku bisnis rotan seperti yang pernah terjadi saat awal diberlakukannya larangan ekspor rotan mentah.

Dahlan berharap kondisi saat ini hanya imbas musim perayaan Natal dan  Tahun Baru sehingga permintaan juga berkurang. Ada kekhawatiran lesunya harga jual rotan ini akan terjadi hingga perayaan Imlek pada Februari nanti.

Dia berharap kondisi kembali normal agar harga kembali stabil sehingga petani rotan kembali bisa mendapatkan penghasilan yang menggembirakan.

“Kami terpaksa menjual rotan mentah ke luar daerah karena di Kotawaringin Timur sendiri belum ada industri kerajinan rotan skala besar. Selama ini sektor rotan sangat membantu masyarakat dan terbilang tidak merepotkan pemerintah karena sektor ini digeluti secara swadaya oleh masyarakat secara turun-temurun,” ujar Dahlan.

Dahlan berharap pemerintah memberi solusi terhadap permasalahan yang terjadi di sektor rotan saat ini. Petani dan pelaku usaha rotan sangat berharap larangan ekspor rotan mentah dicabut agar ekspor bisa kembali dilakukan sehingga permintaan rotan kembali meningkat.

Dia meyakinkan bahwa rotan Kotawaringin Timur merupakan hasil budidaya. Dengan begitu keberlangsungannya akan tetap terjaga.

Hadi, salah seorang petani rotan di Kecamatan Seranau juga berharap pemerintah memberikan solusi agar rotan hasil panen mereka bisa dipasarkan. Perlu langkah konkret pemerintah agar petani rotan tidak semakin terpuruk.

“Selama ini hampir tidak ada upaya yang dilakukan. Selama ini seakan dibiarkan begitu saja. Petani rotan berupaya sendiri bangkit dari keterpurukan. Kami berharap ada langkah nyata membantu ini,” kata Hadi.

(Antara/BS65)