Wow, Setiap Harinya Pedagang Hintalu Keruang dan Kolak di Sampit Ini Habiskan 67 Kilogram Bubur

ILHAM/BERITA SAMPIT - Mama Ofiq sedang melayani pembeli sambil memasukan Bubur Hintalu Keruang ke dalam mangkuk yang dilapisi plastik, Selasa 5 April 2022.

SAMPIT – Bubur Hintalu Keruang makanan khas tradisional ini pastinya tidak asing lagi di lidah masyarakat Kalimantan. Rasanya yang manis, gurih serta lembut, menjadikan makanan ini selalu menjadi buruan warga, terutama pada bulan suci ramadan ini.

Idar (55) pemilik warung Mama Ofiq, di Jalan Juanda Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur ini, merupakan salah satu pedagang yang rutin setiap tahunnya di bulan suci ramadan menjual bubur tradisional khas Kalimantan Selatan tersebut.

Dalam sehari dirinya memasak bubur sebanyak tiga panci berukuran besar seperti Hintalu Keruang, kacang hijau serta kolak.

“Kalau dalam satu panci itu sekitar 50 kilogram, kacang hijau 5 kilogram dan Hintalu Keruang sebanyak 12 kilogram,” kata Idar, kepada media ini, Selasa 5 April 2022.

BACA JUGA:   Terpilih Jadi Anggota DPRD Kalteng, Abdul Hafid: Kemenangan Masyarakat Kotim dan Seruyan

Setiap harinya hanya dalam waktu sekitar 2 sampai 3 jam, seluruh bubur tersebut selalu ludes terjual, jika terlambat pasti tidak kebagian.

Uniknya lagi, makanan yang disuguhkan semuanya masih fresh dan panas, karena langsung diambil didalam panci dengan kematangan yang merata.

“Kalau untuk bahan kuahnya cukup sederhana, menggunakan santan kelapa, gula merah, gula putih, garam. Semua bisa digunakan untuk Hintalu Keruang yang menggunakan bahan tepung ketan, kolak pakai pisang dan singkong, dan bubur kacang kita gunakan kacang hijau,”paparnya.

Idar sendiri berjualan bubur Hintalu Keruang, kolak dan kacang hijau ini terbilang cukup lama, dan menjadi usaha musiman yang disuguhkannya setiap bulan ramadan.

“Sekitar 15 tahun kami menggeluti usaha bubur Hintalu Keruang ini, dan hanya ini kebiasaan kami kalau berjualan di bulan ramadan,”ujarnya.

BACA JUGA:   Ponpes Lapas Sampit Kini Bisa Digunakan WBP Timba Ilmu Agama

Untuk harga tetap seperti yang dulu yakni Rp 10.000, meski saat ini kebutuhan bahan pokok cukup mahal.

“Kita tetap pertahankan harga dan juga kualitas rasa tidak akan berubah,”ucapnya.

“Kami juga tidak pernah menghitung berapa porsi kalau seluruhnya habis, alhamdulillah kalau dibilang pendapatan cukup untuk menambah tabungan kami sekeluarga,”jawabnya dengan rendah hati.

Warung mama Ofiq selain bulan ramadan, dalam kesehariannya berjualan nasi kuning dan lontong, yang juga dikenal masyarakat kota Sampit.

“Kalau nasi kuning memang usaha kami dari awal membuka warung ini. Seiring perkembangan zaman, kami akan terus menjaga serta melestarikan makanan tradisional ini,”demikian Idar. (Cha/beritasampit.co.id)