PKK Kalteng Tingkatkan Pelayanan Masyarakat Tekan Angka Stunting

Ketua TP PKK Kalteng Yulistra Ivo Sugianto Sabran (dua dari kanan) dalam kegiatan silaturahmi pada Safari Ramadhan akhir April 2022. ANTARA/Muhammad Arif Hidayat

PALANGKA RAYA – Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Kalimantan Tengah terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya ibu hamil dan anak tumbuh kembang guna menekan angka stunting  atau kasus gagal tumbuh pada anak.

Pelayanan di antaranya mengedukasi untuk meningkatnya pemahaman masyarakat tentang pemenuhan gizi yang tepat sesuai kebutuhan, kata Ketua TP PKK Kalteng Yulistra Ivo Sugianto Sabran di Palangka Raya, Minggu 1 Mei 2022.

“Hal ini kami lakukan melalui kader-kader PKK hingga tingkatan desa yang bersinergi bersama tenaga kesehatan dan lainnya, mendampingi masyarakat dalam pemenuhan gizi tersebut,” jelasnya.

BACA JUGA:   GMKI Cabang Palangka Raya Akan Menjadi Inisiator Aksi Terkait Beasiswa TABE dan Siap Kumpulkan 13.113 Mahasiswa Penerima Beasiswa

Dalam hal ini, PKK mendorong masyarakat mengoptimalkan keberadaan pos pelayanan terpadu atau posyandu. Melalui posyandu bersama-sama melaksanakan pemeliharaan kesehatan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait.

Selain itu PKK Kalteng juga memberikan bantuan berupa paket makanan sehat untuk memperbaiki serta meningkatkan asupan gizi ibu hamil dan anak tumbuh kembang. Paket makanan sehat yang diberikan seperti susu ibu hamil, susu balita, hingga biskuit bayi.

“Selama ini melalui berbagai upaya menekan stunting dengan sinergi bersama jajaran pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Kalteng, terus menunjukkan peningkatan yang sangat baik,” terangnya.

BACA JUGA:   Masyarakat di Pulang Pisau Antusias Sambut Pasar Murah

Terbukti berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia, prevalensi stunting di Kalteng menurun dari 32,3 persen pada 2019, menjadi 27,4 persen pada 2021.

Oleh karenanya ke depan PKK Kalteng akan meningkatkan sinergi melalui berbagai program dan kegiatan, untuk terus menurunkan angka stunting. Tak hanya di bidang kesehatan, namun juga pendidikan hingga ekonomi.

Sebab untuk menurunkan stunting tidak hanya melalui intervensi di bidang kesehatan, tetapi harus beriringan bersama sektor lainnya. Misalnya dengan mencegah terjadinya pernikahan usia anak, karena rentannya dalam kesejahteraan atau perekonomian keluarga yang akan berdampak pada sulitnya pemenuhan gizi memadai.

ANTARA