Sapi Milik  Masyarakat di Kobar Terkena PMK, Dinas Peternakan Lakukan Lockdown dan Sosialisasi

Ist/BERITA SAMPIT : Petugas Peternakan Kabupaten Kobar sedang  menyemprot lokasi kandang Sapi milik masyarakat.

PANGKALAN BUN – Berdasarkan sampel dari 20 ekor sapi milik masyarakat yang ada di Kelurahan Baru dan Kelurahan Sidorejo Kecamatan Arut Selatan, 11 sapi di antaranya suspect Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), saat ini Tim dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) melakukan pengobatan agar virus tersebut tidak menyebar ke hewan lainnya.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kobar Rosehan Pribadi melalui Sekretaris DPKH Haryo Prabowo, yang di dampingi Kabid Pembibitan Dan Produksi Ternak Risanti mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan sampel yang di kirim oleh Balai Veteriner Banjarbaru ke Pusat Vetenarian Farma Surabaya pada tanggal 9 Mei 2022.

“11 ekor sapi yang suspect PMK itu jenis sapi bali dan limosin, dimana sapi sapi tersebut di datangkan dari Jawa Timur guna memenuhi kebutuhan daging saat Idul Fitri, tetapi para peternak yang ada di dua kelurahan tersebut, mencurigai adanya penyakit PMK, karena kondisi sapi sapinya sakit, itukah awal Turunnya tim dari Balai Veteriner Banjarbaru, ” ujar Haryo Prabowo Kamis, 12 Mei 2022.

BACA JUGA:   Menjelang Lonjakan Mudik Lebaran 2024, PT. Dharma Lautan Utama Kumai Siapkan 4 Armada Kapal

Kecurigaan adanya virus PMK itu, berkaitan juga dengan adanya surat edaran dari Kementerian perihal larangan pengiriman ternak sapi dari Jawa Timur dan Aceh, itupun sampelnya hingga saat ini belum keluar, masih terindikasi. Namun gejalanya telah muncul.

“Tim dari Balai Veteriner telah mengeluarkan peringatan dan untuk memutus mata rantai penyebaran, maka langsung di lakukan lockdown terhadap ternak yang di ambil sampel, begitu juga dilakukan penyemprotan disinpektan, virus PMK ini tidak menyebar ke manusia, namun mengancam ke ternak yang ada di sekitarnya, meski saat ini ternak-ternak yang suspect belum ditemukan ada yang mati,” kata Haryo.

Haryo juga menjelaskan, saat ini jumlah populasi hewan ternak sapi di Kabupaten Kotawaringin Barat ada sekitar 20 ribu lebih, baik milik masyarakat maupun pengembangan yang di lakukan oleh perusahaan seperti milik CBI.

“Kami pun telah mendirikan pos pengaduan bagi peternak yang menemukan gejala dari PMK itu sendiri, sebanyak 24 peternak telah kami berikan sosialisasi, jika menemukan gejala gejala pada ternak sapinya  seperti luka pada kuku, demam, ada luka pada bagian lidah seperti sariawan dan sapinya terus mengeluarkan air liur, maka untuk segera menyampaikan kepada petugas kami, untuk di lakukan pengobatan, ” imbuh Haryo.

BACA JUGA:   Juni Gultom Kembali Meraih Gelar Doktor Ilmu Manajemen Dari STIESIA Surabaya

Menurutnya, dengan adanya kasus PMK yang terjadi di wilayah Jawa Timur dan Bali, secara otomatis akan mempengaruhi ketersediaan daging di Kobar, dimana untuk satu hari kebutuhan daging sapi sekitar 10 hingga 15 ekor, dan didatangkan dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.

“Meski virus PMK ini tidak menular pada manusia, namun demikian dengan munculnya kasus PMK ini akan berdampak menurunkan konsumsi daging sapi, terutama yang kita khawatirkan akan berdampak pada pelaku UMKM seperti penjual bakso dan olahan yang menggunakan daging sapi, tetapi masyarakat kami minta jangan takut, dan kami sarankan membeli daging yang proses pemotongannya melalui Rumah Potong Hewan, ” ucapnya.

Selain itu di imbau juga kepala para pejagal, untuk memanfaatkan Rumah Potong Hewan, agar sapi sapi yang akan di potong terlebih dahulu melalui proses pemeriksaan kesehatan, sebab di akui masih banyak para pejagal yang memotong sapi sendiri bukan melalui Rumah Potong Hewan. (man/beritasampit.co.id).