Suspek PMK di Kotawaringin Barat

Bambang M Permadi

Oleh : Bambang M Permadi*)

Wabah virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)  yang menyerang ribuan hewan ternak di beberapa provinsi  akhirnya sampai juga ke Kalimantan Tengah. Suspek virus yang membuat resah para peternak ini teridentifikasi di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat.

Temuan sementara, hewan ternak yang terpapar virus adalah  jenis sapi yang jumlahnya mencapai belasan ekor. Yang mengkhawatirkan, diduga  virus PMK juga telah menyebar ke beberapa kecamatan lain. Masih terbukanya lalulintas pengiriman sapi dari provinsi lain, salah satunya Jawa Timur menjadi penyebab penyebaran virus.

Virus PMK yang menginfeksi hewan berkuku belah (ordo Artiodactyla) awalnya terdeteksi di enam kabupaten di dua provinsi di tanah air. Masing-masing Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Aceh Timur di Provinsi Aceh. Berikutnya Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Mojokerto di Provinsi Jawa Timur.

Sedikitnya terdapat 5.431 ekor hewan ternak di Provinsi Aceh dan Provinsi Jawa Timur terinfeksi penyakit yang sangat menular tersebut. Di Indonesia  jumlah sapi yang terpapar diperkirakan semakin meningkat karena suspek PMK semakin meluas ke provinsi lain.

Sejauh ini belum ditemukan kasus penyakit ini dapat menular ke manusia. Meski demikian bila tidak segera dikendalikan wabah PMK dapat mengakibatkan ribuan ternak mati dan berpotensi mengancam produksi daging segar nasional.

Mengutip Wikipedia di Indonesia, PMK pertama kali dilaporkan kasusnya di Malang pada tahun 1887 akibat impor sapi dari Belanda. Penyakit ini kemudian menyebar ke berbagai wilayah Indonesia, seperti Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

Program vaksinasi massal dimulai pada tahun 1974 sehingga pada periode 1980–1982 tidak ada lagi kasus PMK. Wabah PMK kembali terjadi di Blora, Jawa Tengah pada 1983. Namun, wabah ini dapat dikendalikan dengan vaksinasi. Indonesia mendeklarasikan diri bebas dari PMK pada 1986.

BACA JUGA:   Baru Dua Bulan Bertugas, Jumlah Kegiatan Kapolres Kobar AKBP Yusfandi Usman Mencapai Record Tertinggi

Hewan berkuku belah merupakan inang alami virus PMK. Sapi, kerbau, babi, kambing dan domba merupakan hewan domestik yang rentan terinfeksi. Hasil penelitian, cara penularan penyakit ini diantaranya melalui air liur,urine dan tinja hewan terinfeksi.

Ciri khas penyakit PMK adalah munculnya lepuh (vesikel) dan erosi kulit di bagian hidung, lidah, dan bibir. Kemudian di dalam rongga mulut, baik di gusi, langit-langit, maupun pipi bagian dalam. Termasuk di sela kuku dan lingkaran kuku serta di puting susu hewan betina. Setelah kulit melepuh, hewan menjadi lemas dan enggan bergerak atau makan. Tanda klinis lain adalah keluarnya air liur secara berlebihan (hipersalivasi). Dalam beberapa kasus dapat terjadi kematian sebelum munculnya lepuh akibat radang otot jantung.

Populasi hewan ternak besar dan ternak kecil di Indonesia, baik yang dikelola masyarakat maupun perusahaan berkembang cukup pesat. Sedikitnya terdapat empat jenis hewan ternak  yang dikembangkan secara masif, yaitu sapi, kerbau, kambing dan babi.

Pada 2021, populasi sapi potong di Kalimantan Tengah mencapai 89.695 ekor. Tiga kabupaten yang memiliki populasi terbesar adalah kabupaten Kotawaringin Barat (26.993 ekor), Kabupaten Katingan (9.993 ekor) dan Kabupaten Pulang Pisau (9.064 ekor). Pada periode yang sama di provinsi ini juga terdapat populasi kerbau sebanyak 11.850 ekor, kambing ( 49.778 ekor) dan babi (228.345 ekor).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2021 produksi daging sapi nasional mencapai 437. 783,23 ton. Dari jumlah tersebut sebanyak 3.800,34 ton diantaranya dihasilkan dari produk daging sapi asal Kalimantan  Tengah.

BACA JUGA:   Bukan Hanya Ada  di Cirebon, Musik Obrog-Obrog Pembangun Sahur Ternyata Juga Ada di Kota Kumai, Kotawaringin Barat

Disamping daging sapi, Bumi Tambun Bungai juga menghasilkan produksi daging hewan ternak lain yang jumlahnya cukup berarti,yaitu babi (2.495,86 ton), kambing (234,89 ton) dan kerbau (94,58 ton).

Bagi kelompok masyarakat tertentu harga daging masih terasa mahal, tapi hal tersebut tidak menyurutkan minat membeli daging meskipun dalam jumlah terbatas.Rata-rata  pengeluaran per kapita seminggu untuk komoditi daging sapi kabupaten/kota di Kalimantan Tengah tidak merata.

Pengeluaran tertinggi berada di Kota Palangka Raya sebesar Rp.1.468 dan terendah Kabupaten Kapuas sebesar Rp.61.Sementara rata-rata pengeluaran per kapita se minggu untuk komoditi daging babi tertinggi adalah Kabupaten Gunung Mas sebesar Rp.5.335 dan terendah Kabupaten Sukamara sebesar Rp.240.

Pemda melalui dinas peternakan kabupaten/kota dan instansi terkait harus memperketat lalulintas hewan ternak dari luar provinsi. Upaya ‘screening’ dan lokalisasi wilayah dilakukan agar wabah tidak semakin menyebar ke wilayah lain. Obat-obatan, vitamin, antibiotik, serta  vaksin harus segera didistribusikan ke sentra-sentra peternakan. Tujuannya agar virus tidak bermutasi dan mempercepat pemulihan hewan ternak yang terinfeksi.

Harus diakui upaya  mencegah penyebaran penyakit ternak bukan pekerjaan mudah, apalagi perbatasan antar provinsi tidak menghalangi mobilitas. Bahkan sebagian batas provinsi hanya berupa  hutan, pengaringan atau tegalan. Akibatnya, hewan ternak yang sebagian dilepas bebas  dapat saling berinteraksi dengan hewan ternak dari provinsi lain.

Wabah virus PMK bukanlah fenomena baru. Melalui asistensi pemerintah dan kepatuhan pada protokol kesehatan hewan populasi ternak besar dan kecil di Kalimantan Tengah akan tetap dapat terjaga *

*Penulis adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Pusat Statistik Provinsi Kalteng yang berdomisili di Kota Palangka Raya.