Wujudkan Lansia Tangguh Bentuk Ketahanan Demografi

Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto saat ditemui ANTARA dalam Peringatan Hari Kependudukan Dunia 2022 di Jakarta, Senin (11/7/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

JAKARTA – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan lansia yang tangguh, mandiri dan sehat harus diwujudkan guna membentuk ketahanan demografi penduduk Indonesia yang terus meningkat.

“Peningkatan persentase penduduk lanjut usia ini merupakan konsekuensi dari meningkatnya angka harapan hidup. Jadi ketika angka harapan hidup meningkat, mau tidak mau umur lansia semakin panjang,” kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto saat ditemui ANTARA dalam Peringatan Hari Kependudukan Dunia 2022 di Jakarta, Senin 11 Juli 2022.

Data BPS tahun 2021 menunjukkan peningkatan yang signifikan pada proporsi lanjut usia atau lansia usia 60 tahun ke atas dari 7,59 persen pada tahun 2010 menjadi 9,78 persen pada tahun 2020 (BPS, 2021).

Meski peningkatan tersebut membawa Indonesia memasuki masa transisi menuju era penuaan penduduk (ageing population), negara masih dapat menikmati bonus demografi karena jumlah penduduk produktif masih lebih banyak dibandingkan lansia.

BACA JUGA:   Banggar DPR RI: Ramadan Jadi Katalisator Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Pada tahun 1971, proporsi penduduk usia produktif 15-64 tahun ada sebesar 53,39 persen, meningkat menjadi 70,72 persen berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020.

“Persentase penduduk usia produktif yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk usia non-produktif tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih berada pada era bonus demografi. Peluang bonus demografi yang sedang terjadi tersebut harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pembangunan bangsa,” kata dia.

Ia mencontohkan lansia di Jepang masih mampu bekerja dan mandiri, sehingga tidak membebani usia produktif untuk menanggung kebutuhan lansia. Masalah yang dihadapi justru beralih menjadi kekurangan usia produktif untuk bekerja karena jumlah kelahiran yang semakin menurun.

Untuk menciptakan ketahanan demografi melalui lansia tangguh sekaligus mencegah beban tanggungan yang semakin membesar pada usia produktif, Bonivasius menekankan penting bagi negara untuk memerhatikan kesehatan penduduk lansia, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan lansia dan menguatkan peran keluarga dalam mendampingi lansia tangguh.

BACA JUGA:   Polri Siap Amankan Rumah Kosong Saat Periode Mudik Lebaran 2024

Penting pula meningkatkan status kesehatan penduduk lansia akan memungkinkan mereka untuk tetap bekerja setelah memasuki masa pensiun sehingga tetap produktif di usia tua.

Untuk mendukung produktivitas ekonomi penduduk lansia, perlu adanya dukungan dari semua pihak terhadap pelayanan kesehatan penduduk lansia, sarana dan prasarana yang memadai kebutuhan lansia, keterampilan penduduk lansia dan keterbukaan lapangan kerja yang sesuai dengan kondisi lansia.

“Meningkatnya jumlah penduduk usia lansia membutuhkan perawatan lansia dalam bentuk penyediaan caregiver dan dukungan jaminan sosial bagi lansia. Intinya, untuk menyiapkan lansia yang produktif, maka pendekatan yang dilakukan bersifat life course, yang mencakup pencegahan dan promosi, long-term care dan end-of-life care,” ujar dia. (Antara/beritasampit.co.id).