Dinas Kesehatan Pulang Pisau Temukan 16 Kasus Teridentifikasi HIV/AIDS

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Pulang Pisau dr Pande Putu Gina. ANTARA/Adi Waskito

Pulang Pisau – Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, menemukan sebanyak 16 kasus teridentifikasi HIV/AIDS dengan tiga orang telah meninggal dunia di wilayah setempat sejak 2013.

“Kita hanya bisa meminta masyarakat untuk tetap waspada, karena penyebaran HIV-AIDS ini seperti gunung es yang tidak mudah seluruhnya terungkap ke permukaan,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau dr Bawa Budi Raharja melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr Pande Putu Gina di Pulang Pisau, Kamis 14 Juli 2022.

Satu kasus terinfeksi HIV-AIDS terakhir, kata Pande, terungkap saat pada 2022 ini. Penderita ini sebelumnya terungkap saat pemeriksaan COVID-19.

Kecurigaan petugas medis mengarah ke penyakit sariawan dan diare yang tidak kunjung sembuh, hingga dilakukan tes HIV atau VCT (Voluntary Counseling and Testing) dan hasilnya positif.

Pande mengakui, tidak mudah untuk mengungkap kasus HIV-AIDS ini. Rata-rata penderita baru terdeteksi setelah mengalami kompilkasi penyakit lain.

Fenomena gunung es ini bisa saja terjadi, satu penderita yang terungkap mewakili 10 atau 100 lainnya yang belum terungkap.

Menurutnya, dari kasus-kasus HIV-AIDS yang ditemukan di kabupaten ini, rata-rata didominasi para pendatang dengan penderita berusia antara 18-45 tahun, masuk dalam usia produktif dan reproduktif. Bahkan pada 2021 pasangan suami istri dari Kecamatan Pandih Batu terinfeksi virus HIV-AIDS.

Dinas Kesehatan terus melakukan pemantauan dan memberikan edukasi agar para penderita tetap semangat menjalani hidup dan melakukan pengobatan secara rutin.

HIV/AIDS adalah virus yang menyerang sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, sehingga sangat mudah penyakit lain seperti TBC ikut mendompleng apabila penderita lalai dalam meminum obat.

Menurut dia, kesulitan yang dialami Dinas Kesehatan setempat dari beberapa kasus HIV/AIDS yang terungkap bahwa penderita merasa malu dengan lingkungan sekitar dan kembali berpindah-pindah tempat ke luar daerah.

Untuk yang berada di kabupaten setempat, tentu penderita terus dipantau oleh Dinas Kesehatan dan diberikan edukasi, dengan mendeteksi keluarga terdekat untuk mencegah perluasan penularan.

“Selain itu, Dinas Kesehatan juga secara berkala memberikan edukasi dan penyuluhan di titik-titik yang berpotensi sebagai tempat penyebaran,” jelas Pande.

Dirinya juga mengungkapkan bahwa penyebaran HIV/AIDS dominan dan rentan terjadi pada kriteria atau istilah 3M yakni Man, Money, Mobile. Berganti-ganti pasangan dan “jajan di luar” sangat berisiko tertular virus yang hanya menyebar dari pola hubungan seks yang tidak sehat, juga bisa tertular dari jarum suntik pengguna narkoba yang terinfeksi HIV-AIDS.

“Penularan melalui jarum suntik masih tidak ditemukan di kabupaten setempat,” ucapnya.

Pande mengingatkan penularan penyakit HIV/AIDS dapat dicegah, apabila semua pihak memahami dan menyadari betapa bahayanya penyakit ini. Perlunya sinergitas dari seluruh komponen pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, hingga pemerintah desa dalam melakukan edukasi terkait bahaya penyakit HIV/AIDS di tengah masyarakat.

ANTARA