Palangka Raya Luncurkan “titikbaca” Untuk Permudah Akses Buku Digital

Wali Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah Fairid Naparin (dua kiri) saat peluncuran program "titikbaca" di kota setempat. (ANTARA/Rendhik Andika)

PALANGKA RAYA – Pemerintah Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah meluncurkan program “titikbaca” sebagai upaya untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses buku-buku secara digital.

“Melalui layanan ini, masyarakat tidak perlu lagi ke perpustakaan untuk membaca buku. Masyarakat cukup menscan barcode untuk memilih koleksi buku yang akan dibaca,” kata Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin di Palangka Raya, Senin 18 Juli 2022.

Dia mengatakan, program “titikbaca” yang diinisiasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palangka Raya merupakan pengembangan program aplikasi E-Perpusda atau perpustakaan elektronik.

Kepala daerah termuda di Kalteng itu menerangkan, jika melalui E-Perpusda masyarakat yang akan mengakses buku digital harus mengunduh aplikasi tersebut melalui Play Store atau App Store.

BACA JUGA:   Nuryakin Berharap Kedepannya PMI Semakin Baik dan Berkontribusi Pada Program Kemanusiaan

Namun, melalui titikbaca, masyarakat yang ingin mengakses buku digital hanya cukup menscan QR code yang telah disiapkan menggunakan kamera gawai. Jika sudah, maka koleksi buku dapat segera diakses.

“Untuk itu keberadaan QR code ini akan kita sebar di tempat-tempat publik seperti di taman-taman maupun di tempat wisata. Sehingga masyarakat semakin mudah mengakses koleksi buku digital yang dimiliki Pemkot Palangka Raya,” katanya.

Sampai saat ini, setidaknya ada sekitar 1.300an judul buku yang didigitalisasi. Memanfaatkan aplikasi E-Perpusda atau “titikbaca”, masyarakat dapat mengakses koleksi buku-buku itu dari dimana saja dan kapan saja.

BACA JUGA:   Pj Wali Kota Palangka Raya Berikan Hibah untuk Masjid Agung Kecubung Darurrahman

Fairid mengatakan, pandemi COVID-19 yang terjadi sejak awal 2020 lalu sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di daerah setempat.

Salah satu dampaknya ialah berkurangnya minat dan kedatangan warga ke perpustakaan secara langsung. Adanya pembatasan kegiatan membuat masyarakat cenderung memilih mengakses layanan perpustakaan secara digital.

“Untuk itu, kita terus berinovasi dalam memberikan layanan, termasuk mempermudah akses layanan perpustakaan. Kami juga berharap layanan digital ini semakin meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat sehingga literasi baca kita semakin meningkat,” katanya.

ANTARA