Zamzam dan Air Mukzizat Yang Jadi Idaman

Replika sumur zamzam jaman dulu yang berada di Zamazemah Company di Mekkah, Arab Saudi (FOTO ANTARA/Desi Purnamawati)

MEKKAH – Umat Islam pasti tidak asing dengan air zamzam, air mukzizat yang mata airnya ditemukan di bawah kaki Nabi Ismail AS sejak 4.000 tahun silam.

Hingga saat ini mata air sumur zamzam masih terus mengalir dan menjadi oleh-oleh wajib jamaah haji dari luar Arab Saudi.

Saat ini air zamzam yang setiap hari didapat jamaah haji dikemas dalam bentuk botol plastik ukuran 330 mililiter.

Selain itu, jamaah haji juga dapat mengisi ulang air zamzam dari keran-keran yang terdapat di sekitar Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi.

Air zamzam kemasan botol tersebut dikelola oleh Zamazemah Company, perusahaan yang diberikan tanggung jawab oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk melayani kebutuhan air zamzam bagi jamaah haji.

Managing Director Zamazemah Company, Hasan Mahmud Abu Al-Faraj mengatakan, pelayanan air zamzam sebetulnya sudah ada sebelum adanya Islam.

Menurut dia, air zamzam merupakan awal wujud adanya Kota Mekkah. Jadi kalau tidak ada air zamzam, maka tidak ada Mekkah.

“Dan air zamzam merupakan mukjizat bagi umat Islam sendiri karena sejak 4.000 tahun yang lalu sampai hari ini air zamzam tidak pernah terputus sama sekali,” katanya.

Zamazemah Company saat ini sudah memroses pengemasan air zamzam secara otomatis dengan bantuan mesin.

Dalam satu jam, mesin tersebut dapat memproduksi 10 ribu botol air zamzam. Nantinya setiap jamaah akan mendapatkan satu liter air zamzam secara cuma-cuma setiap hari atau minimal tiga botol air kemasan.

Namun tenaga manusia juga tetap dibutuhkan untuk membantu pengemasan tersebut. Sebanyak 820 tenaga kerja membantu selama musim haji.

Sebelum menggunakan mesin, pengemasan air zamzam masih melalui campur tangan manusia dengan cara memasukkan air satu per satu ke jerigen-jerigen dan langsung di pinggir jalan.

Dari gambar yang ada di perusahaan tersebut terpampang sejarah pengelolaan air zamzam. Orang-orang dapat langsung meminum air dari keran yang ada di pinggir jalan tersebut.

Dulu sebelum kemasan botol, menggunakan kemasan galon yang didistribusikan kepada jamaah haji.

Ia menjelaskan, proses air zamzam dari sumbernya di Masjidil Haram hingga sampai ke tangan jamaah haji.

Pertama, air zamzam dialirkan melalui pipa bawah tanah dari Masjidil Haram ke daerah yang namanya Kudai.

Kemudian dari Kudai dibawa dengan mobil khusus untuk air zamzam ke Zaidi, yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Masjidil Haram.

Menurut dia lebih cepat membawa air zamzam dengan mobil daripada melalui pipa.

Pabrik air zamzam sendiri letaknya jauh dari tempat pengambilan air di daerah Kudai karena di sana khusus untuk daerah penginapan atau perhotelan jamaah.

Untuk membuat pabrik, minimal dibutuhkan lahan seluas 11.000 meter persegi dan Zaidi merupakan daerah khusus pabrik dan industri sehingga tidak mengganggu jamaah yang beribadah.

Guna menjaga kualitas air zamzam penelitiannya dilakukan dengan tiga langkah.

Pertama, dari air tangki, kemudian sampai di pabrik, dicek lagi kadar air zamzamnya lagi di gudang. kemudian dicek lagi setelah dalam botol.

Pengecekan tidak hanya dilakukan perusahaan, tetapi juga perwakilan dari pemerintah yang mengecek kadar air zamzamnya.

Sebelum dikeluarkan dan didistribusikan ke jamaah haji, ada tanda pengecekan setiap botol air zamzam. Jadi ketika sudah dicek per botolnya sudah diceklist.

Manajer bagian Kedaruratan dan Keselamatan Zamazemah Company di Mekkah menunjukkan peta mata air zamzam (ANTARA/Desi Purnamawati)

Mata Air Zamzam

Terdapat tiga mata air zamzam yang bermuara ke sumur zamzam yang terletak di antara Makam Ibrahim dan Ka’bah. Sumur zamzam sendiri memiliki kedalaman hingga 30 meter.

Dulu, kata Hasan, saat ia kecil bahkan bisa sampai turun hingga ke sumur zamzam. Namun saat ini tidak memungkinkan karena sudah ditutup dan banyaknya jamaah.
Sumur zamzam memiliki dua mata air di tengahnya yang tersambung dengan mata air di bawah Hijr Ismail. Satu mata air lainnya tersambung dengan bukit Safa dan Marwa.

Sumur zamzam dulunya berbentuk sumur biasa belum memakai keramik seperti sekarang. Digunakan timba yang ditarik secara manual untuk mengambil air dari dalam sumur.

Yang mengelola sumur zamzam dulunya adalah orang tua mulai dari kakek sampai ayah dari pegawai Zamazemah Company saat ini. Artinya pekerjaan tersebut diwariskan dari kakek moyang dan bapak mereka.

Air yang ditimba diisi ke gentong atau kendi dari tanah liat yang menjaga suhu air tetap dingin. Kendi tersebut memilik tanda khusus berupa tulisan nama setiap keluarga yang bekerja mengelola sumur zamzam.

Abdul Basit Yahya Al-Mahdi, Sekretaris Eksekutif Zamazemah Company mengatakan setelah diisi ke dalam kendi besar lalu dibakar dengan bakhur, seperti arang tetapi wangi.

Jadi dulu setiap jamaah haji yang datang, para pemilik sumur zamzam atau pekerja, membawa satu kendi dan satu tossa, seperti gelas atau cawan kecil dari kuningan dan mereka memberikan kepada para jamaah satu per satu.

Kendi tempat air zamzam yang akan didistribusikan ke jamaah haji pada zaman dulu sebelum ada kemasan botol dan galon (ANTARA/Desi Purnamawati)

Air Mukzizat

Air zamzam dipercaya sebagai air yang bisa menjadi syifa atau obat, yang mana manfaat dan khasiatnya baik.

Prof Yahya Hamza Koshak, mantan Direktur Jenderal Perusahaan Air Nasional yang juga berjasa memugar sumur zamzam sudah melakukan penelitian bahkan seribu botol besar dicampur dengan air kecil zamzam, tetap kadarnya berubah menjadi air zamzam.

Dulu, sebelum dikemas dalam botol air mineral, tempat air zamzam untuk jamaah seperti cangkir dari besi yang dipanaskan supaya terkunci.

Ketika sampai di negaranya, jamaah haji mencampur air zamzam dengan air yang ada di tempat mereka dan itu tidak mengurangi keaslian air zamzam. Sehingga jamaah tidak perlu membawa pulang air yang banyak.
Bagaimana air Zamzam keluar dari sumur tidak seperti air-air lainnya. Pernah terjadi pada suatu masa di zaman sebelum Rasulullah SAW, dinamakan peristiwa juhrum, di mana air zamzam sempat terputus atau berhenti.

Kemudian digali lagi pada zaman Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad, sampai saat ini aliran air zamzam tidak pernah terputus sama sekali.

Abdul Muthalib melihat dalam mimpinya bagaimana dan di mana harus menggali sumur air zamzam pada saat itu.

Bahkan Abdul Muthalib sampai bermimpi tiga kali, dalam mimpinya malaikat Jibril memerintahkan menggali sumur zamzam. Setelah digali, tidak pernah terputus sama sekali.

Saat ini, perusahaan minimal mendistribusikan air zamzam sebanyak satu juta liter sehari karena jumlah jamaah haji saat ini satu juta.

Namun pendistribusian bukan hanya di Mekkah tapi juga di Masjid Nabawi dan Masjid Quba.

Belum lagi air zamzam yang diperjualbelikan di toko-toko. Maka tidak ada sumur dimanapun di dunia yang bisa memberikan kapasitas sebanyak Itu hanya di Makkah saja, belum di tempat lainnya.

Jadi ini, hanyalah pelayanan Zamazemah yang khusus untuk jamaah haji, tapi yang untuk dijual beda lagi.

Jadi satu juta liter per hari itu khusus untuk jamaah haji, di luar yang diperjualbelikan di toko-toko.

Tidak ada sumur di manapun di dunia yang bisa memberikan kapasitas air sebanyak itu juga salah satu mukzizat zamzam, maka tidak heran zamzam menjadi idaman semua jamaah haji.

Jamaah bahkan menggunakan berbagai cara agar bisa membawa pulang air zamzam. Sayangnya regulasi penerbangan tidak membolehkan membawa cairan berlebihan.

Alhasil air zamzam yang sudah dibawa tawaf dan didoakan dengan harapan lebih berkah, tidak bisa dibawa ke Tanah Air.

Seperti Siti Adawiyah, jamaah haji asal Garut, Jawa Barat terpaksa meninggalkan air zamzam yang sudah dikemas dengan baik.

“Padahal ini pesanan orang, tapi bagaimana lagi tidak bisa dibawa. Saya juga bawa air dari Raudah terpaksa diminum sendiri,” katanya dengan tertawa.

ANTARA